Artikel Keislaman


Hikmah di Balik Tidak Semua Orang Boleh Berperang: Membangun Kekuatan Ilmu dan Ketakwaan

Kajian Shafwat Tafasir bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil: Tafsir At-Taubah 122

Ayat ini menjelaskan tentang pembagian tugas dalam masyarakat Islam, di mana tidak semua orang harus terlibat langsung dalam peperangan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَࣖ ۝١٢٢
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS At-Taubah: 122)

Selengkapnya ...


Menyingkap Tabir Kemunafikan, Pelajaran Dari Surat al-Taubah 101-107

Kajian Shafwat Tafasir bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil 2 Februari 2025

Al-Qur'an, kalamullah yang abadi, senantiasa membuka lembaran-lembaran hikmah bagi setiap insan yang merenunginya. Dalam Surah At-Taubah, khususnya ayat 101 hingga 107, kita disuguhkan potret jujur tentang hakikat kemunafikan dan kemurahan Allah dalam menerima tobat. Ayat-ayat ini, bagaikan cermin, memantulkan ragam karakter manusia dan konsekuensi pilihan-pilihan hidup mereka.

Menyelami Kedalaman Kemunafikan: Teguran Ilahi untuk Hati yang Membatu

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَّكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًا ۢ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُۗ وَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ ۝١٠٧
"Di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu ada orang-orang munafik. (Demikian pula) di antara penduduk Madinah (ada juga orang-orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau (Nabi Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar." (QS. At-Taubah: 101)

Selengkapnya ...


Iman yang Tumbuh Bersama Al-Qur'an: Pelajaran dari Respons Mukmin dan Munafik

Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil: Surat at-Taubah 124

وَاِذَا مَآ اُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ اَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهٖٓ اِيْمَانًاۚ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَزَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ ۝١٢٤
Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira.

Ayat di atas menggambarkan reaksi yang berbeda terhadap turunnya surah Al-Qur'an antara orang-orang munafik dan orang-orang beriman. Untuk memahami konteksnya, mari kita telaah lebih dalam.

Selengkapnya ...


Luasnya Makna Jihad dan Pentingnya Niat dalam Islam

Kajian Shafwat Tafasir bersama Habib Husein ibn Alwy Bin Agil 11 Mei 2025: Bagian Pertama

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ ۝١١٩
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tetaplah bersama orang-orang yang benar!

Ayat ini termasuk ayat Madaniyah karena diawali dengan kalimat

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا

yang merupakan ciri khas ayat-ayat Madaniyah.

Perintah Allah kepada orang-orang beriman, khususnya penduduk Madinah, untuk bertakwa. Salah satu tafsir dari kalimat "at-taqwa" sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sabdanya,

"Attaqwa Haahuna"

Takwa itu di sini (yaitu di dalam hati)

Selengkapnya ...


Jejak Kebaikan yang Tak Pernah Sia-Sia: Tafsir Mendalam Ayat tentang Infak dan Perjalanan Hidup

Kajian Shafwat Tafasir bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil: Tafsir At-Taubah 121

Dalam jihad fi sabilillah, peran serta orang yang berinfaq dan bershadaqah meski sangat sedikit sangatlah penting dan berharga dihadapan Allah. Allah tegaskan:

وَلَا يُنْفِقُوْنَ نَفَقَةً صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً وَّلَا يَقْطَعُوْنَ وَادِيًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۝١٢١
Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. At-Taubah: 121)

Ayat yang agung ini, bagaikan lukisan indah tentang kemurahan Allah dan keadilan-Nya, menyingkap tabir bahwa setiap gerak dan gerik, setiap tetes peluh dan curahan harta di jalan kebaikan, sekecil apapun, tidak akan pernah luput dari catatan Sang Maha Pencatat.

Selengkapnya ...


Ciri-Ciri Orang Munafik: Sebuah Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur'an

Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein ibn Alwy Binagil: Surat Taubah ayat 125-127

وَاَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ ۝١٢٥
Adapun (bagi) orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, (surah yang turun ini) akan menambah kekufuran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.

Ayat ini secara jelas menggambarkan kondisi orang-orang yang hatinya bermasalah, atau dalam konteks agama disebut kemunafikan. Ini berarti keyakinan dan akidah mereka cacat. Ada kemunafikan dan keragu-raguan dalam meyakini kebenaran agama Allah. Ketika sebuah surah diturunkan, alih-alih mendapatkan petunjuk, mereka justru bertambah kemunafikannya dan kekafirannya semakin menjadi-jadi. Akibatnya, hati mereka semakin kotor dan sesat, yang pada akhirnya akan menyebabkan mereka meninggal dunia dalam keadaan kafir.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tidak pernah meninggalkan dunia fana ini kecuali dengan membawa keimanan. Jabatan, status sosial, atau kekayaan tidak akan dituntut di akhirat. Yang dituntut hanyalah satu hal: status diri sebagai seorang muslim yang teguh. Sebagaimana firman Allah,

Selengkapnya ...


Sikap Tegas Adalah Cermin Ketakwaan Kepada Allah

Kajian Shafwat Tafasir bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil Ahad 25 Mei 2025

Surat At-Taubah ayat 123 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مِّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ۝١٢٣
Wahai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitarmu dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Selengkapnya ...


Merenungi Hikmah di Balik Bangunan dan Ketaatan

Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein bin Alwy bin Agil 9 Februari 2025: Tafsir At-Taubah 109-111

Menyelami samudra makna Surah At-Taubah, khususnya ayat 109 hingga 111, dengan sentuhan pemahaman yang membuka cakrawala pemikiran kita, menyingkap lapisan-lapisan hikmah yang tersembunyi di balik untaian firman Allah SWT.

Ayat 109

اَفَمَنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى تَقْوٰى مِنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ اَمْ مَّنْ اَسَّسَ بُنْيَانَهٗ عَلٰى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهٖ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ ۝١٠٩​
Maka, apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya (masjid) atas dasar takwa kepada Allah dan rida(-Nya) itu lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di sisi tepian jurang yang nyaris runtuh, lalu (bangunan) itu roboh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahanam? Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim

Selengkapnya ...


Larangan Meninggalkan Rasulullah dalam Perang: Sebuah Pelajaran Berharga

Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil: Tafsir At Taubah 120

مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ الْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا عَن رَّسُولِ اللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِ ۚ
Tidak sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui di sekitar mereka tidak turut menyertai Rasulullah (berperang), dan tidak (pula) mencintai diri mereka sendiri melebihi cintanya kepada diri Rasulullah. (QS. At-Taubah: 120)

Ayat ini merupakan teguran keras dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui (A'rab) di sekitar mereka yang tidak ikut serta dalam Perang Tabuk.

Selengkapnya ...


Merenungi Ampunan di Balik Kesulitan: Tafsir Surah At-Taubah Ayat 117-118 dalam Cahaya Istighfar

Ringkasan Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein bin Alwy bin Agil 4 Mei 2025: Tafsir At-Taubah 117-118

Ayat 117 dan 118 dari Surah At-Taubah menghadirkan lukisan agung tentang rahmat dan kasih sayang Allah Swt., terutama dalam konteks kesulitan dan ujian yang dihadapi oleh kaum Muslimin di masa Rasulullah Saw. Lebih dari sekadar catatan sejarah, ayat ini menyimpan pelajaran mendalam tentang kekuatan taubat dan istighfar, sebagaimana yang senantiasa ditekankan dalam kajian-kajian hikmah, termasuk yang disampaikan oleh Habib Husein Ibn Alwy Ibn Agil.

Allah Swt. berfirman:

لَقَدْ تَّابَ اللّٰهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ فِيْ سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْۢ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيْغُ قُلُوْبُ فَرِيْقٍ مِّنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْۗ اِنَّهٗ بِهِمْ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌۙ ۝١١٧
Sungguh, Allah benar-benar telah menerima tobat Nabi serta orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar yang mengikutinya pada masa-masa sulit setelah hati sekelompok dari mereka hampir berpaling (namun) kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. (QS. At-Taubah [9]: 117)

Selengkapnya ...