Iman yang Tumbuh Bersama Al-Qur'an: Pelajaran dari Respons Mukmin dan Munafik
Kajian Shafwat Tafasir Bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil: Surat at-Taubah 124
Apabila diturunkan suatu surah, di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun (bagi) orang-orang yang beriman, (surah yang turun) ini pasti menambah imannya dan mereka merasa gembira.
Ayat di atas menggambarkan reaksi yang berbeda terhadap turunnya surah Al-Qur'an antara orang-orang munafik dan orang-orang beriman. Untuk memahami konteksnya, mari kita telaah lebih dalam.
Jumlah Surah dan Ayat Al-Qur'an: Sebuah Perbedaan Pandangan
Al-Qur'an terdiri dari 114 surah, dari Al-Fatihah hingga An-Nas. Mengenai jumlah ayatnya, ada perbedaan pandangan di kalangan ulama. Menurut Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas, jumlah ayat Al-Qur'an adalah 6616 ayat. Namun, terjadi khilaf (perbedaan pendapat) tentang jumlah riilnya.
Sebagai contoh, Imam Malik dan muridnya, Imam Syafi'i, memiliki pandangan berbeda mengenai status Basmalah. Imam Malik berpendapat bahwa Basmalah bukanlah bagian dari Al-Qur'an, kecuali Basmalah yang terdapat dalam Surah An-Naml (ayat 30):
Selain Basmalah di Surah An-Naml, bagi Imam Malik, Basmalah di awal surah lainnya tidak termasuk bagian dari Al-Qur'an. Sebaliknya, Imam Syafi'i berpandangan bahwa Basmalah adalah bagian dari Al-Fatihah dan setiap surah, sehingga Basmalah diulang sebanyak 114 kali dalam Al-Qur'an. Perbedaan pandangan antara guru dan murid ini adalah hal yang lumrah dalam tradisi keilmuan Islam.
Olok-olok Kaum Munafik dan Respons Ilahi
Ketika sebuah surah diturunkan, kelompok munafik mengolok-olok dengan perkataan:
Mereka bertanya, “Siapa yang sudah bertambah nilai keimanannya setelah turunnya surah ini?”
Pertanyaan ini diucapkan sebagai bentuk ejekan dan untuk meremehkan Al-Qur'an, seolah-olah mereka meragukan bukti peningkatan iman. Mereka seakan-akan berkata,
"Apa dalilnya? Apa buktinya bahwa kaum Muslimin itu bertambah iman mereka?"
Padahal, Allah SWT telah menyatakan di antara tanda-tanda keimanan seseorang:
Artinya, apabila dibacakan firman Allah kepada mereka, akan menambah nilai keimanan mereka. Seorang mukmin sejati akan terus meningkat derajat keimanannya, mencapai maqam (kedudukan) yang hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Merespons olok-olok kaum munafik ini, Allah berfirman:
Artinya, adapun mereka yang beriman, maka pasti akan bertambah keimanan mereka, dan mereka merasa gembira. Ini membuktikan kebenaran Al-Qur'an itu sendiri.
Dua Aspek Penurunan Al-Qur'an: Nuzul dan Tanzil
Seorang sufi besar, yang dikutip oleh Sayyid Muhammad Ibn Alawy al-Maliki dalam kitabnya Syariatullahi al-Khalidah, menjelaskan bahwa Al-Qur'an memiliki dua aspek: nuzul dan tanzil.
- Nuzul: Penurunan Al-Qur'an secara fisik sudah selesai.
- Tanzil: Penurunan makna dan tafsiran Al-Qur'an akan terus terjadi di hati para ulama, pemikir, cendekiawan, dan orang-orang yang berupaya menggunakan akal mereka secara maksimal. Proses ini tidak akan berakhir sampai hari kiamat.
Inilah mengapa banyak orang di Barat masuk Islam setelah membuktikan informasi Al-Qur'an sesuai dengan kaidah ilmu sains. Penemuan-penemuan ilmiah yang membenarkan ayat-ayat Al-Qur'an secara otomatis akan menambah keimanan mereka. Setiap kali kajian dan penelitian dilakukan, seringkali muncul pembuktian baru atas kebenaran Al-Qur'an, yang membuat orang-orang beriman meresponsnya dengan sukacita.
Bukti Kebenaran Al-Qur'an: Kisah Romawi dan Persia
Sebagai contoh nyata pembuktian kebenaran Al-Qur'an, kita bisa melihat kisah peperangan antara Romawi dan Persia di zaman Rasulullah SAW. Kala itu, Persia memenangkan peperangan, yang menjadi angin segar bagi kaum musyrikin Mekkah karena mereka sama-sama tidak bertuhan (Persia menyembah api dan Quraisy menyembah berhala). Kemenangan Persia ini menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang Madinah.
Maka, turunlah Surah Ar-Rum:
Ayat ini menginformasikan bahwa meskipun Romawi kalah saat itu, mereka akan kembali berperang dan memenangkan peperangan dalam bid'in sinin (antara 3 hingga 9 tahun). Informasi ini menyita perhatian dunia karena sebuah "negeri kecil" (Madinah) mengomentari kasus besar dunia. Setelah 8 tahun, peperangan itu benar-benar terjadi, dan Romawi memenangkannya, persis seperti yang diinformasikan Al-Qur'an. Ini adalah bukti nyata kebenaran dan akurasi informasi Al-Qur'an yang telah terjadi 15 abad silam.
Iman yang Bertambah dan Berkurang: Sebuah Ilustrasi Pohon
Mungkin muncul pertanyaan,
Bagaimana mungkin iman itu bertambah dan berkurang?
Padahal iman adalah keyakinan?
Imam An-Nawawi, dalam penjelasannya mengenai hadis
Iman itu bertambah dan berkurang
Dalam Syarah Shahih Muslim, mengilustrasikan iman seperti sebuah pohon.
Dasar iman dan keimanan itu sendiri tidak bisa dilihat, tetapi bisa dipantau dari buah iman yang dihasilkan. Seperti halnya kita tidak bisa mengukur keberadaan akar pohon tanpa menggali, kita bisa melihat apakah pohon itu subur atau tidak dari buah, daun, dan rantingnya.
Begitulah iman. Yang berkurang dan bertambah itu adalah buah dari dasar keimanan, yaitu manifestasi iman dalam perilaku sehari-hari. Seperti buah dan daun di suatu musim yang kadang lebat, kadang kering tak berbuah, keimanan kita bersifat fluktuatif, bisa bertambah dan berkurang.
Kita tidak bisa mengetahui keimanan seseorang secara langsung, tetapi kita bisa melihatnya dari akhlak dan perilaku yang mencerminkan keimanan itu sendiri. Contohnya, sikap kita terhadap tetangga. Rasulullah SAW bersabda:
Ini menunjukkan bahwa cerminan keimanan bukanlah hanya penampilan lahiriah, melainkan bagaimana sikap kita sebagai makhluk sosial.
Jika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia harus menghormati tamunya, memuliakan tetangganya (فليكرم جاره), atau berkata yang baik atau diam (فليقل خيرا او ليسمت).
Seseorang yang rajin ke masjid namun suka berkata tidak baik dan menyakiti perasaan orang lain, sama sekali tidak mencerminkan keimanan. Ajaran Islam memposisikan kita sebagai makhluk sosial, di mana keimanan banyak dikaitkan dengan nilai-nilai sosial, bukan sekadar ibadah formal. Tidak ada hadis yang menyatakan bahwa barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka beri'tikaf-lah seminggu di masjid. Justru hadis-hadis banyak yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial.
Maka, bagi orang beriman, setiap kali firman Allah turun, itu akan menambahkan keimanan mereka kepada Allah SWT, dan mereka selalu meresponsnya dengan sukacita karena telah membuktikan kebenaran dan validitas Quran sebagai sebuah pesan Allah yang dijadikan panutan dan panduan beragama.
Penulis:
Achmad Shampton Masduqi