Artikel Keislaman


Edit

Mengapa Harus Memulyakan Ulama?

Dalam surat Ali Imran ayat 18, dinyatakan bahwa Allah, Malaikat dan para ahli ilmu yang menegakkan keadilan menyaksikan bahwa Tiada Tuhan selain Allah. Siapakah yang disebut ahli ilmu yang dalam surat tersebut disejajarkan kesaksiannya dengan malaikat bahkan Allah itu sendiri?

Shaikh Khalid Ibn Jumah mengatakan bahwa ahlu ilmi adalah para pemuka agama, ahli fikih dan ahli dzikir yang mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui dari wahyu Allah dan senantiasa mendapat petunjuk, wawasan dan cahaya dari Allah. Orang alim adalah sosok manusia yang disempurnakan oleh tempaan pendidikan dan ilmu syariat. Orang alim adalah sosok yang bersungguh-sungguh merubah perilaku, menambah ilmu dan mengatur gaya hidupnya agar mendapatkan cahaya petunjuk dari Allah.

Sosok alim adalah orang yang bisa diketahui kedalaman ilmunya, kesaksian gurunya bahwa ia adalah orang alim, pujian manusia atasnya dan ia bisa menolak fitnah dan hal-hal yang ambigu tidak jelas menjadi sesuatu yang dapat dipahami orang lain. Ia senantiasa mempunyai semangat untuk menjadi lebih baik, rasa takutnya pada Allah nampak dalam setiap perilakunya. Ia tidak butuh dunia atau butuh dilayani orang lain. Ia adalah sosok yang lidahnya hanya tergerak untuk mengatakan yang benar dan memberi pencerahan kepada ummat dan menjadi cahaya kegelapan.

Kesaksian guru atas kepandaian seorang murid dibutuhkan untuk memastikan ajaran agama yang ia kuasai benar-benar bersih dari hal-hal yang melenceng. Sebagaimana guru itu telah mendapat kesaksian dari guru sebelumnya dan terus hingga Rasulullah. Inilah yang disebut matarantai keilmuan. Seorang alim adalah orang yang dipercaya Allah menjadi mata rantai keilmuan untuk menjelaskan ajaran Rasulullah yang murni.

Kyai Muhammad Ahmad Sahal Mahfudz Allahu Yarhamuh, pernah menyatakan, era dulu seorang kyai harus memiliki kriteria kealiman yang diakui oleh gurunya dan penguasaan keagamaan yang baik. Namun sekarang tidak ada artinya, semua orang bisa mengklaim menjadi seorang kyai tanpa ilmu yang berarti.

Mengapa Harus Menghormati Ulama?

Ulama yang memenuhi kriteria kepakaran atas ilmu syariat yang ia bawa, telah mengamalkan ilmunya dan setiap memandang wajahnya atau mendengar namanya akan memotivasi kita untuk beribadah dan dekat pada Allah, hakekatnya ia adalah waratsah anbiya’ mereka adalah pewaris para Nabi. Sehingga memulyakan mereka sama halnya memulyakan Rasulullah.

Sementara bila ia sekedar bergelar kyai, gus, ustadz, tanpa kemudian tidak menimbulkan efek baik pada orang lain, atau bahkan membuat orang lain berperilaku aneh dan kehilangan amanahnya. Maka ia bukanlah ulama sesungguhnya. Mereka wajib kita hormati sebagai manusia tapi bukan sebagai orang alim.

والعالم الحق من لا يظهر جلالة قدره ليحظى بالتقدير والتعظيم، وعلو الشأن؛ ولكن ليمنح غيره الطرق الصحيحة للوصول إلى حقيقة الإيمان والتقوى والخشية من الله سبحانه.
Seorang alim yang sesungguhnya bukanlah orang yang memamerkan kemampuannya agar mendapat perlakuan baik dan penghormatan tetapi seorang alim yang sesungguhnya adalah orang yang menuntun orang lain kejalan yang benar untuk bisa sampai pada hakekat keimanan, ketaqwaan dan takut pada Allah.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَّ اللَّهُ عَنْهُ , عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : مَنْ أَكْرَمَ عَالِمًا فَقَدْ أَكْرَمَ سَبْعِينَ نَبِيًّا , وَمَنْ أَكْرَمَ مُتَعَلِّمًا فَقَدْ أَكْرَمَ سَبْعِينَ شَهِيدًا , وَمَنْ أَحَبَّ الْعِلْمَ وَالْعُلَمَاءَ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ أَيَّامَ حَيَاتِهِ .

Dalam sebuah hadits lemah, dinyatakan bahwa

Barangsiapa memulyakan orang alim, maka sama halnya ia memulyakan 70 nabi, dan barangsiapa yang memulyakan orang yang belajar maka dia seperti memulyakan 70 orang syahid, barang siapa yang mencintai orang alim dan ulama maka kesalahannya tidak akan ditulis pada hari-hari hidupnya.
مَنْ أَكْرَمَ عَالِماً فَقَدْ أَكْرَمَنِي وَ مَنْ أَكْرَمَنِي فَقَدْ أَكْرَمَ اَللَّهَ وَ مَنْ أَكْرَمَ اَللَّهَ فَمَصِيرُهُ إِلَى اَلْجَنَّةِ. الحادث. جامع الاخبار 1 ص38
Barangsiapa yang memulyakan orang alim berarti dia memulyakanku, barang siapa yang memulyakanku maka dia memulyakan Allah, dan barangsiapa yang memulyakan Allah maka dia berjalan ke surga.

Dan bagi seorang muslim yang baik tentu memahami bahwa menghormati orang alim yang terbaik adalah dengan mencontoh perilaku baiknya, baik ibadahnya kepada Allah maupun perilaku baiknya dalam berinteraksi dengan sesama mahluk Allah. Seorang pecinta orang alim pastilah perilakunya menjadi lebih baik. Sebagaimana seorang yang mencintai Rasulullah dia akan terbimbing menjadi sosok yang terbaik dan mencontoh perilaku Rasulillah. Bila seseorang mengaku cinta ulama, tetapi ternyata dalam kehidupannya masih saja menyakiti orang lain dan merepotkan orang lain, berarti ia baru sebatas mengaku belum benar-benar mencintai dan menghormati ulama.