Rubrik Tanya Jawab


Edit

Jamaah dari Balik Jeruji

Pertanyaan

Asssalamualaikum

Mohon pertimbangan ustadz, setahu saya dalam jamaah shalat, antara imam dan makmum tidak boleh terhalang sesuatu sehingga makmum bisa menuju imam tanpa halangan. Namun beberapa waktu yang lalu saya diminta menjadi imam tarawih di salah satu ruang tahanan di sebuah kantor polisi. Posisi saya selaku imam di jalan/lorong sementara makmum berada di ruangan terkunci yang hanya bisa melihat gerakan saya dibalik jeruji besi. Makmum yang tahanan ini tidak mungkin ketempat saya karena terhalang jeruji besi dan tembok. Pertanyaan saya adakah pendapat yang memperkenankan jamaah dalam posisi seperti ini? Terima kasih

Al-Kamaly

+62 812-3013-xxxx

Jawaban

Waalaikumussalam

Syarat sahnya bermakmum pada seorang imam dalam shalat jamaah baik didalam masjid maupun diluar masjid adalah mengetahui gerakan imam, seperti mendengar takbir imam, melihat imam atau melihat makmum yang paling belakang.

Dalam kitab Majmu’ Juz 4 Halaman 201, Imam Nawawi menjelaskan bahwa syarat sahnya makmum adalah mengetahui gerakan imam baik ia shalat di Masjid, di luar masjid ataupun salah satu di masjid dan yang lainnya diluar masjid. Media mengetahui gerakan imam bisa didapat dari mendengar suara imam, orang yang berada dibelakang imam, melihat langsung imam atau melihat orang yang ada dibelakang imam. Penjelasan ini juga dikuatkan oleh Imam Syarbini dalam Kitab Mughni al-Muhtaj Juz 1 halaman 494.

Selanjutnya sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Nihayatuzzain hal 190, salah satu syarat sahnya berjamaah adalah makmum dapat menuju tempat imam berdiri tanpa ada penghalang atau harus berpaling dari kiblat. Dengan demikian menurut pendapat ini, bila untuk menuju tempat imam berdiri harus mundur atau berpaling dari kiblat maka jamaahnya tidak sah. Sehingga sebagaimana yang anda ketahui shalat jamaah sebagaimana dalam diskripsi pertanyaan terhitung tidak sah, karena antara imam dan makmum terhalang oleh tembok dan jeruji besi.

Tetapi dalam kitab Qulyubi Wa Amirah Juz 1 Halaman 241, dijelaskan bahwa bila antara imam dan makmum terdapat penghalang yang penghalang itu tidak menghalangi melihat imam seperti jeruji besi maka ulama berselisih pendapat. Pendapat kuat (ashoh) menyatakan bahwa jamaah dalam kondisi ini tidak sah. Sementara pendapat muqabil ashoh, menyatakan bahwa selama dia bisa melihat gerakan imam meski tidak bisa menuju imam maka jamaahnya dihukumi sah.

Berdasar penjelasan ini, maka dalam kondisi normal dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pertemuan imam dan makmum, maka sebaiknya menghindari adanya penghalang, meski hanya jeruji besi. Tetapi dalam hal makmumnya adalah tahanan yang dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga antara imam dan makmum harus terpisah dengan jeruji besi, maka bisa mengikuti pendapat muqabil ashoh yang tidak mempersyaratkan antara imam dan makmum tidak ada penghalang. Moga bisa dipahami.

Dasar Pengambilan Hukum

يقول الإمام النووي رحمه الله: "يشترط لصحة الاقتداء علم المأموم بانتقالات الإمام، سواء صليا في المسجد، أو في غيره، أو أحدهما فيه، والآخر في غيره، وهذا مجمع عليه، قال أصحابنا: ويحصل له العلم بذلك بسماع الإمام، أو مَن خلفه، أو مشاهدة فعله، أو فعل مَن خلفه، ونقلوا الإجماع في جواز اعتماد كل واحد من هذه الأمور". [المجموع (4 /201)]،
ويقول الإمام الشربيني رحمه الله: "من شروط الاقتداء أنه يشترط علمه، أي المأموم بانتقالات الإمام ليتمكن من متابعته بأن يراه المأموم أو يرى بعض صف أو يسمعه أو مبلغاً" [مغني المحتاج (1 /494)].
والطريق الثاني لايشترط الا القرب كالفضاء بأن لايزيد ما بين الامام والمأموم علي ثلثمائة ذراع (ان لم يكن حائل او حال) ما فيه (باب نافذ) يقف بجذائه صف او رجل كما في الروضة واصلها (فإن حال ما يمنع المرر ولا الرؤية) كالشباك (فوجهان) اصحهما فى اصل الروضة عدم الصحة القدوة أخذا من تصحيحه الآتى فيى المسجد مع الموات... (قليوبى وعميرة 1/ 241)