el Bashiroh
Mencerahkan Rohani Bangsa


Al Bashiroh

[ Edit ]

Latar Belakang Historis

Dalam perkembangan informasi yang multidimensi, pesantren hendaknya mampu melakukan upaya penyaringan informasi yang masuk pada kalangan santri atau awam. Guna mewujudkan upaya tersebut al-Maghfurlah al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun, telah jauh hari melakukan terobosan dalam perihal dakwah bilkitabah atau yang kita kenal dengan jurnalistik. Pada akhir tahun 1994 telah terbit sebuah majalah bernama Al Bashiroh (yang berarti mata hati), dalam perjalanannya ternyata terjadi kendala yang tidak bisa diselesaikan entah itu masalah materi atau finansial, akhirnya majalah itu hanya bisa terbit sebanyak dua edisi saja, akhir tahun 1994 dan awal tahun 1995.

Namun setelah terjadi perpindahan kepemimpinan dari Abuya al-Ustadz Hasan kepada puteranya al-Ustadz Ali Zainal Abidin, karena usia udzur dan wafatnya beliau sekaligus memaksakan tampuk kepemimpinan tertinggi itu berpindah kepada putranya al-Ustadz Ali Zainal Abidin. Dengan segala upaya yang dilakukan al-Ustadz al-Habib Ali Zainal Abidin Baharun akhirnya pada tahun 2003 kemarin, telah terbit majalah Al Bashiroh dengan bentuk baru, dan mampu, mewarnai pertumbuhan seni menulis di kalangan santri. Sampai saat ini majalah Al Bashiroh telah memasuki edisi yang ke delapan belas, hal ini merupakan suatu kemajuan tersendiri bagi santri dan warga pesantren Darullughah sendiri.

Guna menyebarkan segala macam informasi yang telah kami peroleh, dan pertimbangan dari redaksi akan banyaknya santri yang meneruskan belajar ke Timur Tengah, khususnya Yaman (Universitas Al-Ahqaff, Ribah Tarim), Saudi (Makkah dan Madinah) maka kehadiran informasi bagi mereka sangat diperlukan, baik itu informasi pesantren ataupun perkembangan keilmuan yang berjalan di pesantren Darullughah Wadda'wah. Sehingga nantinya semua kalangan yang mempunyai ta'aluq (hubungan) dengan pesantren ini menjadi mudah untuk diketahui. Dan yang lebih menjadi harapan bagi redaksi adalah adanya simbiose mutualisme dalam hal keilmuan, antara santri, alumni dengan dewan guru yang berada di Bangil atau di Yaman sana. Hal ini semua kami perjuangkan semata-mata untuk menghargai perjuangan Muassis Abuya al-Habib Hasan Baharun, yang bagi kami beliau adalah sebuah qudwah hasanah yang merupakan bias dari Nur Muhammadiyah Shalallahu alaihi wasallam. Ulama sekaliber beliau memang harusnya menjadi panutan bagi kita semua umat islam.

Salah satu yang menjadi cita-cita kami semua adalah tumbuhnya persatuan dan kesatuan umat Islam, karena sekarang ini umat islam yang dari Ahlussunah sendiri terpecah-pecah menjadi golongan kecil partai-partai, akhirnya suara golongan ahlussunah sendiri menjadi termarginalkan dan hampir tidak ada sumbangsih untuk memperjuangkan nasib Islam itu sendiri. Menindaklanjuti berbagai macam peristiwa yang telah mencabik-cabik nurani bangsa khususnya Islam sendiri, maka tidak salah jikalau dikemudian hari ada seorang figur yang mencoba menggabungkan dua kutub yang selama ini terpecah belah, karena partai dan urusan duniawi lainnya. Beliau adalah al-Maghfurlah ad-Da'i ilallah al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun.

Sepak terjangnya di dunia dakwah Islamiyah tidak diragukan lagi, beliau mempunyai system tersendiri untuk memperjuangkan agama Islam dibumi Nusantara ini. Melalui perjuangan yang panjang dalam mempersatukan komponen Islam, hingga beliau memberanikan diri untuk mengajarkan Bahasa Arab sebagai karakteristik beliau, hampir pada semua pesantren-pesantren yang ada di Jawa Timur dan sampai pada pesantren Matoliul Falah Kajen Pati. Hal ini dilakukan tidak lain hanyalah untuk menebarkan Lughah Arabiyah dan sekaligus sebagai upaya mempersatukan komponen-komponen Islam (pesantren, kyai, santri, dan umat muslim pada umumnya). Hal ini yang baru kami sadari setelah wafatnya beliau, dengan adanya surat wasiat yang berisi upaya mempersatukan umat Islam dalam bentuk organisasi yang dinamai Persatuan Habaib Kyai Seluruh Indonesia.

Sungguh cita-cita beliau tidak boleh didiamkan begitu saja, karena didalam format yang beliau inginkan itu, mengandung makna yang dalam menjurus pada suatu hadist, "al islam ya'lu wala yu'la". Sehingga kami sebagai murid beliau mengetahui betul arti sebuah persatuan umat. Hingga tidak salah kalau misi situs Al Bashiroh ini adalah mempersatukan umat Islam dalam satu nafas salaf sholeh dan dibawah bendera Lailaha illallah Muhammadur Rasulullah (kalimat ini oleh Gus Mus diartikan sebagai suatu perjuangan untuk menolak penjajahan yang terjadi pada jiwa kita, singkatnya kita tidak mau dijajah oleh siapapun kecuali dijajah oleh Allah).


Alamat Redaksi: Jl. Raya Raci No. 51 Bangil Pasuruan P.O. Box 08 Bangil Pasuruan Jatim Indonesia. Telp. 0343-745317/746532 Fax. 0343-741-200
e-mail redaksi_albashiroh@yahoo.co.id.