Profesi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri
Usulan dari PCNU Kab. Indramayu Jabar, sisa masa'il Muktamar XXX
Keterbatasan lapangan kerja yang menjanjikan upah/penghasilan besar di dalam negeri sendiri (Indonesia) semakin langka. Kalau ada, nilai upahnya rendah. Gerak urbanisasi antar pulau dan ke kota-kota besar ternyata belum memadai untuk mengatasi problema kemiskinan di pedesaan. Faktor ekonomi itulah telah mendorong semakin pesat TKW mencari pekerjaan ke negeri jiran (Malaysia dan negara-negara ASEAN) hingga ke Timur Tengah.
TKW bisa masih berstatus lajang (gadis), mungkin berkedudukan sebagai isteri. Betapa ijin didapat dari orang tua gadis, persetujuan dari suami yang sanggup merawat anak juga bisa diperoleh. Namun perjalanan melampaui masafah al-qashri dan kemudian menetap tinggal menyatu dengan keluarga lain, berlangsung agak lama (sesuai kontrak) dan tanpa disertai muhrimnya.
Dampak negatif seperti pemberitaan pers menggambarkan: TKW diperlakukan sebagai budak belian yang harus siap memberikan pelayanan segala-galanya, diperkosa majikan, melahirkan anak bukan dari suami sah di Indonesia, bunuh diri karena tak tahan penderitaan, sampai ada yang melakukan perlawanan kepada majikan dan harus menghadapi hukuman mati sesuai hukum pidana setempat (qishash/hudud). Peran perusahaan penyalur tenaga kerja dalam hal perlindungan TKW tak lebih sebagai makelar yang profit oriented.
Pertanyaan
- Bagaimana pandangan hukum Islam tentang wanita berprofesi sebagai TKW di luar negeri, baik yang berstatus lajang (gadis) atau masih terikat hukum perkawinan dengan suaminya di Indonesia?
- Bolehkah wanita bepergian melebihi batas masafah al-qashri dan juga harus menetap tinggal karena bekerja di luar negeri dalam waktu lama tanpa disertai muhrimnya?
- Milik siapakah penghasilan wanita sebagai isteri yang bekerja sebagai TKW di luar negeri?
- Wajarkah bila suami berharap bagian dari penghasilan isteri yang TKW itu guna membiayai perawatan anak?
Jawab
1. Pandangan hukum Islam tentang wanita yang berprofesi sebagai TKW di luar negeri, baik yang berstatus lajang (gadis) atau masih terikat hukum perkawinan dengan suaminya hukumnya adalah tidak boleh kecuali:
- aman dari fitnah
- suami miskin
- mendapat izin walinya /suaminya
Sedang yang dimaksud dengan aman dari fitnah adalah aman dari maksiat dan tidak keluar dari syariat.
Dasar Pengambilan
a. Kitab Jamal Syarah Manhaj, Darul Ihya', Juz 2 Hal. 135:
b. Hasyiah Jamal Syarah Manhaj, Darul Ihya' Juz 4 Hal. 509:
c. Tarsyihul Mustafidin Hal. 352:
d. Tarsyihul Mustafidin Hal. 174:
e. Mas'uliyatul Mar'ati Al Muslimah Hal. 78 - 79
1. وجوب الحجاب الشرعي عليها كما تقدم.
2. تحريم السفور المثير للفتنة وهو من لوازم العمل خارج البيت عالبا.
3. تحريم الإختلاط بالرجال الأجانب وهو حاصل بالخروج إلى العمل.
4. تحريم التبرج وإظهار الزينة والمحاسن الذى وقع فيه أكثر النساء وهو حاصل بالخروج إلى العمل.
5. أنها عورة ودرة نفيسة تجب صيانتها والحفاظ عليها.
6. أنها مشغولة دائما بالعناية بأولادهاوبيتها وشئون زوجها وهي أعمال تناسب فطرتها.
7. أنها فتنة تفتـن الرجال ويفتـنون بها.
f. Al Majmu' Syarah Muhadzdzab Juz 7 Hal. 87
g. Is'adur Rafiq Juz 2 Hal. 136.
h. Ianatuth Tholibin Juz 4 Hal. 80 - 81, 95 dan Juz 2 Hal. 284
i. Hamisy Sarwani Juz 8 Hal. 342.
2. Adapun seorang wanita yang bepergian melampui batas masafatul qashri (jarak diperbolehkannya mengqoshor sholat) sehingga harus menetap sebagai TKW maka hukumnya Haram kecuali betul-betul aman dari fitnah.
Dasar Pengambilan
a. Isy'adur Rafiq Juz 2 Hal. 3
b. I'anatuth Tholibin Juz 4 Hal. 44 dan Juz 3 Hal. 263.
c. Faidlol Qodir Juz 6 Hal. 298.
d. Majmu' Syarah Muhadzdzab Juz 7 Hal 87.
e. Abi Jamroh 134.
f. Tihatul Muttaqin Juz 1 Hal. 650
g. Isy'adur Rafiq Juz 1 Hal. 136.
h. Asybah wa Nadzoir Karangan Imam Suyuthi Hal. 198.
3. a. Penghasilannya milik Isteri (TKW)
3. b. Tidak wajar kecuali keadaan sang suami dan bapaknya (suami) tidak mampu membiayai perawatan anaknya.
Dasar Pengambilan
a. Bughyatul Mustarsyidin Hal. 165
b. SyarAH Sulam Taufiq Hal. 56.
c. Fathul Muin Hal. 3.
d. I'anatuth Tholibin Juz 4 Hal. 99. (fi fashin Nikah)