Artikel Keislaman


Edit

Puasa bulan Sya'ban dan hikmahnya

Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. berpuasa pada bulan Sya'ban sebagaimana keterangan dari hadits-hadits mendatang:

  1. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Sayyidah 'A'isyah ra, katanya:

    لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَصُوْمُ شَهْرًا اَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَاِنَّهُ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ .

    "Tidaklah Nabi saw. berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada bulan Sya'ban; sesungguhnya beliau ber puasa Sya'ban seluruhnya".

  2. Diriwayatkan dari Abu Dawud dalam hadits Ummu Salamah ra. :

    اَنَّهُ صلى الله عليه وسلم كَانَ لاَ يَصُوْمُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَآمًّا اِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ .

    "Sesungguhnya Nabi Muhammad saw. adalah tidak puasa dari satu tahun satu bulan yang sempurna kecuali bulan Sya'ban yang beliau sambung dengan Ramadlan".

    Hikmah dari hal tersebut adalah apa yang datang dalam hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa'i dan Abu Dawud dan ditas-hih oleh Ibnu Huzaimah dari Usamah bin Zaid, katanya:

    قُلْتُ : " يَا رَسُوْلَ اللّهِ ، لَمْ اَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ !" . قَالَ : ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الاَعْمَالُ اِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، فَاُحِبُّ اَنْ يُرْفَعَ عَمَلِى وَاَنَا صَآئِمٌ !".

    "Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak melihat tuan berpuasa dari satu bulan dari beberapa bulan seperti puasa tuan dari bulan Sya'ban!"Beliau bersabda: "Itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia antara bulan Rajab dan Ramadlan. Bulan Sya'ban itu bulan amal-amal diangkat dihadapkan kepada Tuhan semesta alam. Oleh karena itu aku senang apabila amalku diangkat, sedangkan aku berpuasa!"

    Dalam hadits ini Rasulullah saw. menjelaskan segi dari puasa beliau pada bulan Sya'ban, selain bulan-bulan lainnya. Segi tersebut ialah karena bulan Sya'ban tersebut diapit oleh dua bulan yang besar, yaitu bulan Rajab (bulan haram) dan bulan Ramadlan. Pada kedua bulan tersebut manusia sibuk, sehingga melupakan bulan Sya'ban. Jadi puasa pada bulan Sya'ban ini adalah latihan untuk melakukan puasa pada bulan Ramadlan. Sehingga seolah-olah Rasulullah saw. menginginkan untuk melakukan dengan ummat beliau apa yang dilakukan oleh para tokoh pendidikan mempermudah bagi kewajiban dengan penda huluan latihan, dan bimbingan mereka terhadap orang yang mereka didik dengan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk membiasakan bagi jiwa menghadapi pekerjaan yang sulit, dan untuk melatih mereka menunaikan kewajiban agar dengan puasa Sya'ban ummat menjadi terbiasa menunaikan puasa Ramadlan, sehingga mereka mampu merasakan kenikmatan dan kelezatan dari puasa Ramadlan tersebut. Kemudian mereka dapat memasuki puasa Ramadlan dengan kekuatan dan kesegaran jiwa, dan bukan dengan kesulitan dan paksaan. Jadi puasa Sya'ban itu adalah pendahuluan bagi puasa Ramadlan. Oleh karena itu disyari'atkan pada bulan Sya'ban apa saja yang disyari'atkan pada bulan Ramadlan, seperti berpuasa dan membaca Al Qur'an agar dapat berhasil bagi ummat Islam persiapan Ramadlan dan sempurna latihan bagi jiwa.

  3. Diriwayatkan dari Anas ra. katanya: "Adalah orang-orang muslim, apabila masuk bulanSya'ban, mereka membu ka mushaf-mushaf Al Qur'an dan membacanya, menge luarkan zakat dari harta mereka untuk memberi keku atan kepada orang-orang yang lemah dan orang-orang miskin untuk melakukan puasa Ramadlan.
  4. Rasulullah saw. bersabda:

    رَجَبُ شَهْرُ اللّهِ ، وَشَعْبَانُ شَهْرِى ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ اُمَّتِى .

    "Bulan Rajab itu adalah bulan Allah, bulan Sya'ban adalah bulanku, dan bulan Ramadlan adalah bulan ummatku".

    Rasulullah saw. pada setiap malam tanggal 15 Sya'ban selalu melakukan shalat dengan shalat yang lama, untuk menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah swt. , sehingga Al Hafidh Al Baihaqi dalam kitab Musnadnya meriwayatan hadits dari Sayyidah 'A'isyah ra, katanya:

    قَامَ رَسُوْلُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَاَطَالَ السُّجُوْدَ حَتَّى ظَنَنْتُ اَنَّهُ قَدْ قُبِضَ ، فَلَمَّا رَاَيْتُ ذلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ اِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ فَرَجَعْتُ فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ فِى سُجُوْدِهِ : " اَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ ، وَاَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لاَ اُحْصِى ثَنَآءً عَلَيْكَ ، اَنْتَ كَمَا اَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ " . فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ لَهَا : " هذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، اِنَّ اللّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِى لَيْلَةِالنِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ، َيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ ، وَيُؤَخِّرُ اَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ " .

    "Rasulullah saw. pada suatu malam bangun, lalu melakukan shalat. Beliau memperlama sujud, sehingga aku mengira beliau telah wafat. Setelah aku melihat yang demikian itu, aku bangun sehingga menggerakkan ibu jari beliau, dan ibu jari beliau bergerak. Kemudian aku kembali ke tempatku dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujud beliau: "Aku berlindung dengan ma'af-Mudarisiksa-Mu. Aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murka-Mu. Aku berlindung dengan-Mu dari makar-Mu. Aku tidak dapat menghitung pujian atas-Mu, Engkau ya Allah, sebagimana Engkau memuji diri-Mu". Setelah beliau selesai dari shalat, beliau bersabda: "Ini adalah malam nisfu Sya'ban. Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla mengawasi para hamba-Nya pada malam nisfu Sya'ban, kemudian memberi ampun orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat orang-orang yang meminta rahmat, dan mengakhirkan ahli dendam sebagaimana keadaan mereka".

    Pada setiap malam nisfu Sya'ban, Rasulullah saw. selalu mendo'akan ummat beliau, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Dalam hal ini Sayyidah ra. menceriterakan sebagai berikut:

    اَنَّهُ خَرَجَ فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ اِلَى الْبَقِيْعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ .

    "Sesungguhnya Rasulullah saw. keluar pada malam ini (malam nisfu Sya'ban) ke Baqi' (kuburan dekat masjid Nabawi) dan aku mendapatkan beliau dalam keadaan memintakan ampun bagi orang-orang mu'min laki-laki dan perempuan dan para syuhada'".

    Banyak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Musnad beliau, Imam At Tirmidzi, At Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Al Baihaqi dan An Nasa'i, yang menetapkan bahwa Rasulullah saw. adalah memuliakan malam nisfu Sya'ban dengan memperbanyak shalat, do'a dan istighfar.

    Jadi bukanlah perbuatan bid'ah dan bukan pula perbuatan yang aneh jika malam nisfu Sya'ban dijadikan malam untuk banyak berdzikir, berdo'a, beristighfar dan melakukan shalat bagi kaum muslimin.

    Rasulullah saw. pernah bersabda:

    اِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ نِصْفِ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا ، وَصُوْمُوْا يَوْمَهَا ، فَاِنَّ اللّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ : اَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَاَغْفِرَ لَهُ؟ اَلاَ مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَاَرْزُقَهُ؟ اَلاَ مِنْ مُبْتَلًى فَاُعَافِيَهُ؟ اَلاَ كَذَا اَلاَ كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرُ .

    "Jika terjadi malam nisfu Sya'ban, maka shalatlah kamu sekalian pada malam harinya, dan puasalah kamu sekalian pada siang harinya. Karena sesungguhnya Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi turun pada malam tersebut ke langit dunia mulai terbenam matahari dan berfirman: "Apakah tidak ada orang yang meminta ampun, sehingga Aku mengampuninya? Apakah tidak ada orang yang meminta rizki, sehingga Aku memberinya rizki? Apakah tidak ada orang yang terkena bala', sehingga Aku dapat menyelamatkannya? Apakah tidak demikian, apakah tidak demikian, sehingga terbit fajar".

Perpindahan qiblat pada tanggal 15 Sya'ban

Di antara keistimewaan bulan Sya'ban yang agung adalah peristiwa penting dalam sejarah penyebaran agama Islam yang terjadi pada tanggal 15 bulan Sya'ban tahun 2 Hijriyah, yaitu perintah Allah swt. untuk berpindah qiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka'bah, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad bin Hubaib dan ditetapkan dalam kitab Ar Raudlah beserta tarjihnya dalam syarah Muslim.

Peristiwa perpindahan qiblat ini telah menjadi ujian besar. Orang-orang yang beriman menampakkan sikap membenarkan dan kerelaan. Sedang mereka yang kurang akalnya, menampakkan sikap ragu dan menentang, dengan ucapan mereka yang diceriterakan oleh Allah dalam surat Al Baqarah ayat 142:

سَيَقُوْلُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِى كَانُوْا عَلَيْهَا؟ . . .

"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari qiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?. . . "

Kemudian Allah swt. menjawab ucapan mereka dengan firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 143:

. . . وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا اِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُـــــوْلَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ ، . . . الآية

" . . . Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot . . . "

Menurut satu pendapat, selama di Madinah Rasulullah saw. shalat dengan menghadap kiblat ke Baitul Maqdis selama 16 bulan; sedang menurut pendapat yang lain, selama 17 bulan. Adapun tujuan beliau menghadap kiblat ke Baitul Maqdis adalah untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi, karena kiblat mereka adalah Baitul Maqdis, dan untuk menarik mereka kepada syari'at Al Qur'an dan agama yang baru (agama tauhid). Akan tetapi orang-orang Yahudi tersebut berpaling dari petunjuk beliau, bahkan mereka menghalangi usaha beliau dan bersepakat untuk menyakiti beliau. Kecelakaan mereka telah membawa mere ka pada pengingkaran dalam perlawanan dan pada sikap membandel dalam kesesatan. Mereka berkata: "Muham-mad menyalahi agama kita tetapi mengikuti kiblat kita". Sikap orang-orang Yahudi tersebut membuat Nabi Muham mad saw. tidak senang, dan beliau menengadahkan muka ke atas langit dalam keadaan rindu agar kiblat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Beliau berdo'a sambil memandang ke langit sebagaimana diterangkan oleh Allaah swt. dalam surat Al Baqarah ayat 144:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاءِ ، فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ؛ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ؛ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ ؛ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ؛ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ .

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, paling kanlah mukamu ke arahnya. Dan sesung-guhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan".

Karena sesungguhnya Ka'bah itu adalah kiblat dari Nabi Ibrahim as, maka menghadap ke Ka'bah adalah lebih menarik kepada keimanan bangsa Arab; sedang bangsaArablah yang dimaksudkan dalam kelahiran agama yang umum ini. Dan tidaklah aneh apabila Nabi Muhammad saw. rindu kepada kiblat Nabi Ibrahim, sebab beliau datang justru untuk menghidupkan agama Nabi Ibrahim dan memperba harui da'wah beliau.

Dalam perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah terdapat penghinaan bagi orang-orang Yahudi dan kemenangan bagi agama Islam, karena orang-orang Yahudi mencampuradukkan antara yang hak dan yang bathil untuk memfitnah orang-orang Islam dan untuk memerangi di antara kaum muslimin. Mereka menyangka bahwa mereka mampu menarik kaum muslimin ke agama mereka dan meminta bantuan kaum muslimin untuk memerangi orang-orang musyrik dari bangsa Arab, sehingga seluruh jazirah Arab menjadi Yahudi seluruhnya, atau paling sedikit menjadi daerah kekuasaan bagi Yahudi, seperti keinginan mereka sekarang ini, menguasai daerah Arab Palestina, yaitu tempat bermukin dari negara Isra'il yang dipaksakan, untuk dijadikan tanah air kaum Yahudi. Semoga Allah mengecewakan cita-cita mereka, menceraiberaikan kelompok mereka dan menjungkir balikkan bendera-bendera mereka.

Tatkala cita-cita mereka dalam hal tersebut kandas, maka mereka mulai menyebarkan berita-berita dan omongan-omongan yang menakutkan, mencela kaum muslimin kembali ke Ka'bah dari Baitul Maqdis, dan mencela kaum muslimin serta berkata: "Muhammad dan para sahabatnya tidak tahu di mana kiblat mereka, sehingga kami menunjukkan kepada mereka?"

Apabila ummat Islam mengagungkan bulan Sya'ban, maka pada hakekatnya adalah mengagungkan kemenangan mereka atas orang-orang Yahudi dan terhadap ketinggian pemikiran Islam atas pemikiran Yahudi, kegagalan dan kelemahan langkah mereka serta kemenangan langkah Islam. Perpindahan kiblat ini juga berarti putusan terhadap kebohongan orang-orang Yahudi yang mengaku menun jukkan kiblat bagi ummatIslam, disamping menunjukkan kebatalan hujjah mereka dan hujjah dari orang-orang musyrik yang bergabung dengan mereka yang mengatakan: "Sesungguhnya Muhammad mengaku mengikuti agama Nabi Ibrahim, tetapi menyalahi kiblatnya".

Dan benar apabila nisfu Sya'ban dihitung hari yang utama dalam satu tahun, yaitu hari yang terjadi padanya pertolongan yang nyata bagi kebenaran dan hari perpindahan kiblat yang diridlai oleh Rasulullah saw. , sehingga Ka'bah itu merupakan kiblat yang khusus bagi beliau dan bagi ummat Islam sampai hari kiamat.

Disadur dari Khulashatul Kalam fi Arkanil Islam karangan Sayyid Ali Fikri oleh KH. Drs. A. Masduqi Machfudh, Ramadlan 1416 H.



Dikelola oleh Nun Media