Kolom Gus


Edit

Melepaskan Diri dari Ketergantungan pada Manusia

Imam Ibrahim Ibn Adham, sebagaimana dikutip dalam tafsir Qurtuby menyatakan:

"menyampaikan atau menggantungkan hajat kita pada manusia adalah hijab antara manusia dengan Tuhannya, karena itu gantungkanlah hajatmu pada penguasa manfaat dan bahaya."

Habib Muhammadul Baqier dan Habib Shaleh Ibn Ahmad, dalam sebuah jalsah ta'lim pernah bercerita bahwa Imam Hasan ibn Aly ibn Aby Thalib, dalam hiruk pikuk perebutan ke Khalifahan dengan Muawiyah, berfikir, kalau perebutan seperti ini tidak juga dihentikan maka bagaimana nasib ummat? senantiasa berada dalam suasana perang yang tidak nyaman.

Kemudian Imam Hasan berinisiatif berdamai dengan Muawiyah. Kepada Muawiyah, Imam Hasanmenyatakan bersedia melepaskan kekhalifahan dengan catatan seluruh janda perang dan orang-orang terlantar dipihak Imam Hasan juga dirawat dan dihidupi oleh Muawiyah. Muawiyah pun setuju dengan syarat itu. Maka dilepaskanlah jabatan kekhalifahan Imam Hasan dan beliau berbaiat kepada Muawiyah.

Namun kemudian, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun janji Muawiyah tidak ditepati, setelah berfikir lama, Imam Hasan ingin mengirim surat untuk mengingatkan janji yang telah disepakati Muawiyah. Anehnya setiap akan menulis surat Imam Hasan selalu saja punya perasaan malu dan ragu, hingga berhari-hari surat itu tak kunjung jadi.

Suatu hari, Imam Hasan kembali ingin menulis surat untuk Muawiyah, namun tangannya terasa kelu, bercampur dengan malu hingga Imam Hasan tertidur saat itu. Dalam tidurnya, Imam Hasan bermimpi ditemui oleh Kakeknya, Nabiyullah Muhammad SAW, dalam mimpi itu sang kakek mengingatkan,

"Wahai cucuku, mengapa engkau menggantungkan hajat pada manusia? bukankah engkau mempunyai Allah yang Maha Kaya?"

Kemudian Nabiyullah Muhammad menuntun Imam Hasan membaca doa untuk melepaskan ketergantungan pada manusia dan hanya bermohon kepada Allah.

اَللّهُمَّ اقْذِفْ فِى قَلْبِى. رَجَاءَكَ وَاقْطَعْ رَجَائِي عَمَّنْ سِوَاكَ, حَتَّى لاَ أَرْجُوْ اَحَدًا غَيْرَكَ. اَللّهُمَّ وَمَا ضَعُفَتْ عَنْهُ قُوَّتِى. وَقَصُرَ عَنْهُ عَمَلِى. وَلَمْ تَنْتَهِ إلَيْهِ رَغْبَتِى. وَلَمْ تَبْلُغْهُ مَسْأَلَتِى. وَلَمْ يَجْرِ عَلَى لِسَانِى مِمَّا أَعطَيْتَ اَحَدًا مِنَ الاَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ مِنَ اليَقِيْنِ . فَخُصَّنِى بِهِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ .
Ya Allah lemparkan pengharapan (kepada)Mu dihatiku. Dan putuskan (ketergantungan) harapanku dari orang selain-Mu. Hingga aku tidak akan berharap kepada siapapun selain-Mu. Ya Allah dan sekalipun kekuatanku lemah darinya. Dan usahaku pendek/sedikit darinya. Dan itu tidak bisa menyelesaikan keinginanku. Dan tidak bisa menyampaikan masalahku. Dan keyakinan belum/tidak berjalan pada lisanku dari apa/sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada siapapun, baik dari orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terakhir. Maka hal tersebut khususkan padaku wahai Tuhan semesta alam.

 

Berkaca dari sejarah doa ini, Habib Muhammadul Baqier setiap kali ada yang meminta doa untuk hajat apapun, pembangunan masjid, musholla atau pun untuk kepentingan pribadi Habib mengijazahkan doa ini. Dan doa ini boleh anda amalkan.