Kolom Gus


Edit

Jamaah Tabligh (Jaulah)

Riwayat Hidup Pendiri “Al-Jamaah At-Tablighiyyah"

Pendiri gerakan ini adalah Muhammad Ilyas bin Al-Maulawi Ismail. Lahir pada tahun 1303 Hijriyah. Dan meningggal pada tahun 1363 Hijriyah. Muhammad Ilyas memulai kiprahnya dengan mengajar di madrasah “Madhohir Al-Ulum”. Kemudian ia merasa tidak bisa memperoleh manfaat berarti dari kegiatan dakwah dengan cara mengajar ini.

Selanjutnya ia mulai tertarik dengan teori tarbiyah dengan metodologi kaum sufi, para pengikut tarekat. Setelah beberapa lama, lagi-lagi Muhammad Ilyas merasa tidak mendapat perkembangan signifikan. Ketidakpuasan ini mendorong dia untuk menciptakan tarekat dan tasawuf baru, sesuai deengan keinginannya. Tarekat tersebut dinamakan Tarekat Tabligh.

Al jamaah At-Tabligiyyah wilayah New Delhi sekaligus teman dekat pendiri gerakan ini yaitu Muhammad Idris Al-Ansori, dalam tulisannya “Tablighii Dustuur Al Amaal menjelaskan bahwa setelah melakukan penelitian dan perenungan yang mendalam, sesungguhnya kemenangan umat Islam ini tidak akan tercapai kecuali dengan empat dasar yang bisa dipahami dari firman Allah “Wa Antum al- A’launa Inkuntum M’minin” kalian semua mempunyai kedudukan yang tinggi apabila mau beriman. Empat dasar itu adalah:

  1. Tujuan asli ajaran agama Islam adalah mengganti atau menghapus sistem yang keliru sampai pada akar-akarnya.
  2. Penggantian sistem yang batil dengan ajaran Islam tersebut tidak akan berhasil kecuali dengan metode yang dipilih oleh para nabi pada zamannya masing-masing.
  3. Apa yang telah dilakuakn oleh umat Islam, baik gerakan kolektif atau perorangan, sampai sekarang ini, tidak akan bisa sampai pada tujuan. Dakwah merekapun sama sekali tidak sesuai dakwah yang diajarkan oleh para nabi.
  4. Sangat mendesak sekali untuk didirikan “Jamaah Islamiyah” yang sesuai dengan hakekat ajaran Islam, dan melakukan gerakan yang sesuai dengan metode dakwah Islam.

Latar Belakang Pendirian

Abul Hasan Ali An-Nadawi mengutip pernyataan dari pendiri gerakan ini, “Ketika aku bermukim di Madinah pada tahun 1345 H, Allah mengabulkan maksudku dan memberikan kabar gembira kepadaku lewat mimpi bahwa aku akan membentuk gerakan ini bersama kalian” (Aw Ronke Dini Da’atu: 77), halaman berikutnya Ali An-Nadawi, "Setelah kembalinya dari perjalanan, beliau membentuk “Add Awroh At-Tablighiyyah".

Ia mendirikan gerakan ini berdasarkan wangsit yang diperoleh dari mimpi yang ia katakan sebagai kabar gembira. Kutipan tersebut dari Muhammad Mandur Nu’mani yang menjadi sejawat berdirinya gerakan ini : “Mimpi adalaah bagian dari 40 jenis kenabian sebagai manusia bisa mencapai suatu maqom melallui mimpi dan maqom itu tidak bisa dicapai dengan riyadloh maupun mujahadah macam apapun. Ilmu yang diberikan lewat mimpi adalah bagian dari kenabian, dengan ilmu akan tercapai ma’rifat sedangkan ma’rifat bisa mengantarkan sesseorang bisa dekat dengannya.

Aqidah

Aqidah yang dijadikan pegangan gerakan ini bercita-cita inin mempersatukan orang-orang yang mempunyai aqidah yang sama yaitu Islam. Akan tetapi aqidah ini dipakai juga untuk merangkul aliran Al-Qodiyaani, Al-Bahai dsb, yaitu golongan yang keluar dari ajaran Islam yang berdasarkan kesepakatan ulama terpandang dari kaum muslimin. Akan tetapi apakah dengan mengibarkan panji-panji tersebut sudah memadai untuk mereformasi umat Islam yang pada periode ini telah terpecah belah menjadi 73 golongan. Dan hal itu sudah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dari masing-masing golongan ini akan terpecah lagi menjadi firqoh-firqoh yang kecil.

Mereka dengan seenaknya menafsiri bagian kadua dari syahadatain yaitu hanya dengan mengetahui bahwa : Suatu perintah atau larangan itu berasal dari Nabi Muhammad bagi mereka sudah cukup untuk mereka taati tanpa melalui interpretasi dari imam mujtahid. Dengan demikian mereka itu menafikan pada ijma’ dan qiyas

Ketaatan yang Membabi Buta

Doktrin-doktrin yang dapat disimpulkan dari masalah kepemimpinan sebagai berikut:

  1. Mereka tidak mau mengikuti pendapat macam apapun kecuali dari keterangan Nabi SAW sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.
  2. Mereka wajib patuh sepenuhnya pada Amir jamaah meskipun bertolak belakang dengan pendapat para cerdik pandai dan anggota majlis syuro’
  3. Para cerdik pandai dan majlis syuro’ terdiri dari orang-orang yang mau mengikrarkan syahadatain tanpa memandang dari golongan manapun.

Sebagai perbandingan kita dapat mengamati penafsiran ulama mengenai ulil amri seperti di bawah ini:

  1. Al-Alamah Abu su’ud mengatakan ulil amri adalah pemimpin yang membawa misi kebenaran dan keadilan seperti khulafaur rosyidin dan para pemimpin yang mengikuti jejaknya.
  2. Al Karkhi mengatakan ulil amri adalah pemimpin pada zaman Rosullullah SAW dan masa setelahnya

Ahli Bid’ah adalah penentang ajaran yang telah disepakati golongan ahlus-sunnah wal jamaah. Gerakan ini tidak memperdulikan anggotanya dari golongan manapun yang datang dari selain Rasullullah, mereka tidak mau memakai dalam kenyataannya mereka melakukan dakwah keliling dengan siapa saja yang mau mengikutinya baik dari golongan Al-Qodiyani, Al-Nijriyah, Al-wahabi, Al-Maududiyah dan lain sebagainya padahal semua ini termasuk dalam golongan yang keluar dari asas kebenaran Islam meskipun mengklaim dirinya Islam. Mereka itu adalah ahli Bid’ah yang sangat keterlaluan. Jamaah At-Tablighiyyah memang barmanis bibir, mereka menawarkan gerakan mereka pada kelompok ahlus-sunnah serta kelompok-kelompok lainnya.

Benih Gerakan Wahabi

Kita telah paham bahwa gerakan ini dilatarbelakangi oleh mimpi dari pendirinya dan siapa saja boleh bergabung dengan gerakan ini asalkan sudah pernah mengikrarkan dua kalimat syahadat kendati demikian gerakan ini lebih mencerminkan pada gerakan wahabi. Dengan memperhatikan pernyataan berikut.

Menurut Muhammmad Ilyas, menghadiri khataman Al-Qur’an wiridan-wiridan memang baik dan telah menjadi tradisi ulama besar, namun apabila khawatir menyerupai pelaku bid’ah harus lebih dihindari. Ketika mengucapkan Ash-sholatu wash-shalamu alaika sangat mengkhawatirkan apabila disertai perasaan akan kehadiran Rasullullah SAW atau seolah-olah dilihat beliau.

Menurut Al-Ghozali dalam kitab Al-Ihya, “Hadirkan nabi di dalam hatimu, sekaligus bayangkan pribadinya yang agung, kemudian ucapkan Assalamualaika ayyuha an-Nabiyu dan percayalah bahwa salam itu akan sampai kepada beliau dan pasti akan dibalasnya dengan salam yang lebih sempurna.

Keterangan-keterangan di atas cukup untuk mempermalukan “pendiri dan penggerak al-jama’ah at-tablighiyyah ini”, di mana ia melarang anggotanya membayangkan kehadiran Nabi SAW (ketika membaca shalawat), dan menurutnya Nabi tidak bisa melihat dan mendengar orang yang membacakan shalawat kepada beliau.

Pendapat lain kaum Wahabi diantaranya bahwa menurut mereka orang-orang yang sudah meninggal tidak dapat mendengarkan suara lagi.

Tabligh, Tarekat dan Tasawuf

Tujuan Muhammad ilyas mendirikan gerakan ini, untuk menciptakan sistem dakwah baru, yang tidak membedakan antara ahlus-sunah dan golongan-golongan lain. Serta larangan-larangan untuk mempelajari dan mengajar masalah furu’iyah menurut mereka, hanya cukup mengajarkan “keutamaan-keutamaan amal” dari risalah-risalah tertentu. Bagi yang tidak faham tentang ajaran ini akan menganggap bahwa aliran ini termasuk pengamal tarekat, aurod dan wadhifah-wadhifah yang diperoleh dari para masyayikh. Kesalahpahaman itu dipicu oleh dua rutinitas dari enam rutinitas yang mereka jalankan yaitu: berdzikir dan mengajar.

Sebelumnya kita perlu tahu tentang tarekat itu sendiri, Tarekat adalah sebuah jalan untuk sampai ke hadrotillah (ma’rifat kepada Allah), sedang fungsinya adalah hanya untuk mendorong seseorang agar senang hati mau menjalankan hukum-hukum Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah. Fungsi dzikir, amalan-amalan hanya untuk mewujudkan hal-hal diatas. Namun sayang sekali kebanyakan orang menyangka tarekat, dzikir dan amalan-amalan tertentu sebagai tujuan.apalagi ada yang berupa perbuatan Bid’ah.

Menurut mereka, tarekat itu hanya suatu metode untuk membiasakan dan mendorong seseorang menjalankan hukum-hukum, Allah dan menjauhi larangan-larangan Nya, ketika tarekat itu sudah diwujudkan maka tarekat itu sudah tidak dibutuhkan lagi dan sebagai gantinya mereka menyeru langsung kepada masyarakat dengan berkeliling keluar masuk kampung.

Singkat kata, Muhammad Ilyas ini menciptakan dan menyerukan gerakan nya setelah keluar dari tarekat dan lebih konyol lagi ia meyakini sebuah mimpi yang mungkin saja rekayasa Syaiton, bualan atau hanya kembangnya tidur. Yang jelas tarekat yang dipegangnya tidak sama dedngan tarekat yang diajarkan oleh para masyayikh.

Guru-guru Muhammad Ilyas

Untuk melengkapi pengetahuan kita tentang Muhammad Ilyas, kita akan lihat siapa sajakah para pendidiknya.

  • Rashid Ahmad al-Janjoehi, ia telah di ba’iat secara khusus karena terbukti memiliki kecerdasan yang luar biasa. Menurutnya Allah telah mengancam Fir’aun akan dimasukkan ke dalam neraka, karena kekufurannya. Padahal seandainya Allah mau, bisa juga Fir’aun di kehendaki beriman dan dimasukkan surga, ini sama halnya Allah telah melakukan kebohongan.
  • Ahmad Al-Ambi tawi As-Saharnapoeri
  • Asyraaf Ali At-Tahanawi, Ilyas mengatakan dialah guru terbaik dan hatiku selalu berharap pengajian dan metode Tabligh ini aku persembahkan untuknya.
  • Ahmad As-Saharnapoeri, ia mengatakan; sungguh kekuasaan ilmu iblis dan malaikat pencabut nyawa itu benar-benar diterangkan pada nash-nash secara gamblang. Tidak seperti halnya keluasan ilmu nabi yang sama sekali belum pernah ditemukan di nash-nash. Dan jika itu diyakini maka sama halnya dengan perbuatan syirik dan bertolak belakang dengan nash-nash.

Dengan demikian jelas sudah, Identitas guru-guru Muhammad Ilyas adalah Pendiri ”jamiyyah Tabligh”.

Kesalahan-kesalahan aqidah mereka adalah:

  • Meyakini bahwa Rasulullah SAW tidak mengetahui hal-hal yang ghaib
  • Memanggil Nabi dari jarak yang jauh adalah hal yang syirik.

Dua pemahaman aqidah ini jelas bertentangan dengan dua pokok ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah, yaitu:

  1. Bahwa para Nabi dan para wali bisa juga mengetahui hal-hal yang Ghaib atas perkenan Allah
  2. Orang-orang yang sudah meninggal masih bisa mendengarkan panggilan orang yang hidup.

Dan tidak bisa dipungkiri bahwa mereka adalah pendukung aliran Wahabi, yang dipelopori oleh Muhammad bin Abd. Wahab.

Pandangan terhadap Muhammad Bin Abdul Wahab dan pendukungnya

Pujian atas Muhammad Bin Abd Wahab dan para pengikutnya terdapat dalam sebuaah harian berjudul “Ad-Da’I” yang berbunyi”Tidak diragukan lagi bahwa “Muhammad bin Abd Wahab’ termasuk tokoh islam yang berpengaruh, penyeru kebaikan, pejuang islam yang gigih dan penentang aqidah-aqidah khufarat dan taqlid-taqlid yang mengandung syirk”..

Kesimpulan

Sudah cukup jelas bahwa mereka itu adalah kaum yang sesat, menyesatkan, ahli bid’ah dan telah lepas dari ajaran agama yang lembut.Lebih lengkapnya buka kembali lembaran-lembaran kelabu sejarah masa lalu. Disaat fitnah dan pertumpahan darah tak terelakkan lagi di belahan dunia Arab sana.

Teliti sekali lagi dan kita pun menjadi yakin bahwa kesesatan-kesesatan mereka, yang telah tersiar di mana-mana itu bukanlah kebohongan. Tidak pula untuk kepentingan-kepentengan politik. Apalagi hanya sekedar untuk mencapai tujuan-tujuan duniawi yang rendah dan semuanya yang telah disebutkan benar-benar akan mempermalukan”pendiri Jama’ah Tabligh” dan para pendukung-pendukungnya.

Dinukil dari:
Apakah Jaulah Itu? Jama'ah Tablighiyah (Jaulah)
Sebuah ringkasan terjemah kitab كشف الشبهة عن الجماعة التبليغي

Penulis: Maulana Abu Ahmad
Penterjemah: Ust. M. Ridwan Qoyyum Sa'id
Penerbit: Mitra Gayatri Blok H. 05 Lirboyo Kediri