el Bashiroh
Mencerahkan Rohani Bangsa


Al Bashiroh

[ Edit ]

Prof. Dr. Tolhah Hasan: Trilogi Dakwah Nabi dan Civil Society

Terkait dengan kebijakan-kebijakan yang dirasa kurang menguntungkan bagi rakyat, Apa tindakan Kyai?

Kita semua punya hak dan kewajiban untuk beramar ma'ruf nahi munkar. Masing-masing kita harus jeli dengan melihat posisi kita dimana? dan cara apa yang kita lakukan? tentang bagaimana kita akan menyusun rencana dan kita melangkah. Seorang anggota DPR senantiasa melakukan program secara maksimal dan dialah yang mengerti seluk beluk instansi itu. Diluar itu ada kalangan pers yang senantiasa memonitor kejadian-kejadian yang terjadi dilapangan dan disampaikan dengan bahasa yang informatif kepada masyarakat. Kesemuanya harus bersemangatkan adil, karena ruh keadilan itu bersumber dari agama Islam.

'Ad-dhoror la yuzalu bidhoror'

Konsep ini menuntut dengan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban. Seorang Ulama harus memegang teguh prinsip itu. Jika saja kita datang ke pejabat, ya jangan meminta sumbangan saja, akan tetapi berikan pikiran-pikiran yang konstruktif(membangun).

Akan timbul kekacauan lebih besar jika seorang da'i mengolok-olok kinerja pemerintah, tanpa dibarengi semangat adil. Kalau pemerintah melakukan kesalahan, maka ingatkan dengan lisan yang ringan, tapi mengena. Mekanisme dakwah yang tidak dibarengi dengan semangat adil itu bertentangan dengan syariat, ad-dhoror la yuzallu biddhoror.

Point yang tidak kalah penting adalah peningkatan kualitas dakwah, artinya kita juga harus mengerti secara detail perkara yang kita dakwahi, dan problem-problem yang ada. Semisal masalah ekonomi maka seorang da'i juga harus mendalami masalah ekonomi, syukur-syukur kita memberi masukan yang bisa meringankan masalah mereka.

Lantas apa yang dimaksud dengan masyarakat Madani itu?

Natural society-masyarakat awam tanpa pemerintah, kemudian mereka butuh siapa yang menjadi pemerintah, dan siapa yang diperintah? Akhirnya terbentuklah kesepakatan antara mereka maka dengan demikian terbentuklah political society (masyarakat politik). Realitas yang terjadi kemudian adalah penguasa terlalu berlebih-lebihan dari yang dipimpin, dan rakyat hanya sebagai . Ini terjadi di negara Saudi Arabia yang berbentuk kerajaan, faktanya rakyat hanya diberi beberapa persen suatu kewenangan saja, selebihnya milik Kerajaan . Dari fenomena itulah ada kesadaran baru, membuat kontrak-kontrak sosial, masyarakat harus punya kekuatan tersendiri yang mengimbangi kekuatan pemerintah. Inilah fenomena civil society (masyarakat madani).

Untuk memberdayakan masyarakat itu banyak mekanismenya, jangan dipaku dalam satu pendapat saja, biarkan kebebasan pers mengungkap, dan pemerintah mempunyai cara tersendiri untuk menilainya. Dalam bidang ekonomi masyarakat harus punya hak untuk membangun perekonomian mereka, tidak harus selalu menunggu dari pemerintah.

Ujung-ujungnya ketidakberhasilan masyarakat mencapai tingkat civil society, karena kebodohan masyarakat saja, disamping tingkat pendidikan mereka yang sangat rendah. Ada ketimpangan pendidikan antara pemimpin dengan yang dipimpin.Berbeda dengan di Australia, Singapore dan beberapa negara maju lainnya, gaji seorang guru bisa sama dengan seorang menteri atau anggota dewan.

Dalam pelayanan kesehatan misalnya, daerah yang terbelakang penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah saja, sedangkan didaerah yang maju pelayanan kesehatan telah dilakukan oleh masyarakat sendiri.

Ada fase-fase dakwah yang mungkin telah dicontohkan oleh Rasulullah, klimaksnya adalah masyarakat madani (civil society) yang menjadi idaman kita sekarang?

Sebuah hadits menerangkan evaluasi dakwah nabi, dan beliau bertanya kepada sahabat yang berbunyi:

'Alastum dhulalan fahadakumullah? Wakuntum fariiqon fa allafallahu quluubakum? Akuntum fuqoro fa agnakumullah?'

Pernyataan hadits yang pertama berbunyi 'Alastum dhulalan fahadakumullah?' Tidakkah kalian kaum yang tersesat (penyembah berhala, penyembah api), maka Allah memberi hidayat pada kalian berupa agama Islam. Ini adalah fase pertama dakwah yaitu menyelamatkan umat dari akidah yang sesat, yang menyimpang dari agama yang diridloi Allah.

Potongan selanjutnya berbunyi 'Wakuntum mutafarriqiin fa allafakumullah'. Artinya dulu kalian adalah kaum yang bermusuhan satu sama lain. Maka dengan kedatangan Islam, Allah merubah hati-hati kalian dari masyarakat konflik menuju masyarakat yang bersatu satu sama lain. Jangan kemudian dibalik, dari masyarakat yang rukun menjadi masyarakat yang berpecahbelah, setelah menerima dakwah itu.

Yang terakhir adalah 'akuntum 'aalatan fa aghnakumullah '. Hal ini berarti setelah melalui dua konsep treatment dakwah tersebut, langkah dakwah selanjutnya adalah membangun sebuah kekuatan ekonomi, yang bermanfaat bagi upaya kesejahteraan umat Islam.

'Tiga fase dakwah itu harus dipegang oleh seorang da'i, agar tidak kemudian lupa pada dakwah yang dilakukannya. Kebanyakan lupa kalau tugas mereka bukan hanya menerima amplop, malahan harus menyejahterakan mereka '. Ujar beliau menyinggung kita sebagai kader dakwah masa depan yang diharap mengerti betul permasalahan umat mendatang.

Bagaimana penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, apakah sudah sesuai dengan apa yang diterapkan oleh nabi kepada sahabatnya?

Saya tidak menilai apakah kurikulum itu sudah sesuai apa betul, namun jika saja kita mau merubah metodologi yang diajarkan alangkah baiknya. Kurikulum yang sedikit dengan metodologi yang bagus itu lebih sesuai dari pada kurikulum yang banyak dengan metodologi yang tidak mengena alias asal jalan saja. Contoh saja mengapa pelajaran Bahasa Arab dari Ibtida'iyyah sampai aliyah yang disampaikan tidak bisa melekat betul pada anak didik kita. Jika saja dikumpulkan pada orang arab, tetap saja mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Padahal pendidikan bahasa paling efektif bisa diajarkan selama enam bulan saja. Ini bukan Bahasa Arabnya yang salah, atau kurikulumnya yang tidak efektif, akan tetapi metodologinya yang tidak mengena. Sangat tidak efektif dan buang-buang waktu. Metodologi yang efektif dan masalah kompetensi guru sangat mutlak diperlukan dan ditingkatkan.

Bagaimana kyai mensosialisasikan hal-hal yang demikian kepada Pemerintah?

Ya Jelas sudah saya lakukan, sekuat kemampuan saya, bukan harus lewat podium saja.Lewat kunjungan ke Presiden saya telah sampaikan kemarin. Presiden malah balik tanya, "Kenapa NU sekarang senang membahas perihal sosial?" Jawab saya, "Ya bagaimana tidak, wong lingkungan kita dan warga kita benar-benar ikut larut dalam musibah yang selama ini terjadi di Indonesia. Dari tanah longsong, hujan, lumpur Lapindo, gunung meletus, kebanyakan korban adalah masyarakat NU, jadi dengan mengurus mereka bukan berarti meninggalkan dakwah, akan tetapi mengubah manhaj dakwah kita dari dakwah podium menjadi dakwah yang mengubah kesejahteraan hidup masyarakat kita. *Dinovaj


Alamat Redaksi: Jl. Raya Raci No. 51 Bangil Pasuruan P.O. Box 08 Bangil Pasuruan Jatim Indonesia. Telp. 0343-745317/746532 Fax. 0343-741-200
e-mail redaksi_albashiroh@yahoo.co.id.