Bahtsul Masail Diniyah


Edit

Merawat ari-ari bayi hanya gugon tuhon

Masih menjadi kebiasaan dalam masyarakat kita, yaitu tata cara mengubur ari-ari, yang mana dalam mengubur ari-ari itu biasanya diikutsertakan tulisan (aksara) jawa dll.

Apakah perbuatan itu dicontohkan oleh Rasulullah saw atau para sahabat? Apakah dalilnya? Kalau memang ada mengapa dalam mengikutsertakan aksara itu kok bukan aksara arab? Padahal aksara Jawa itu peninggalan orang Hindu?

Apakah benar tingkah laku orang yang mengubur ari-ari itu dalam keadaan berhias diri, maka anaknyapun akan senang berhias. Benarkah demikian?

Jawaban:

Rasulullah saw dan para sahabat beliau tidak pernah memberikan contoh tentang menguburkannya. Apa yang anda sebutkan hanyalah tradisi dari sebagian suku Jawa saja. Sebab, di Kalimantan setahu kami, orang-orang Banjar membuang ari-ari atau ditimbun di sungai begitu saja. Sementara orang-orang Manado menjemur tembuni sampai kering, kemudian disimpan.

Tingkah laku orang yang mengubur ari-ari itu tidak mempengaruhi kelakuan anak yang ari-arinya dikubur. Sebab dalam hadist Nabi saw yang panjang diterangkan bahwa tingkah laku anak itu telah ditentukan oleh Allah swt pada saat bayi berumur empat bulan dalam perut ibunya. Anggapan yang mengatakan bahwa tingkah laku orang yang mengubur ari-ari itu mempengaruhi tingkah laku anak yang memiliki ari-ari hanyalah bersifat sugesti dan gugon tuhon saja.