Nasihat Kyai


Edit

Habib Husein ibn Alwy ibn Aqiel: Utamakan Shalat Fardlu-mu!

Ibadah yang paling sakral dan vital adalah Shalat. Salah satu buktinya, untuk pensyariatannya saja Allah “merasa” perlu mengundang Nabi Muhammad ke tempat dimana tak seorangpun boleh masuk termasuk Jibril AS. Padahal untuk hal-hal yang lain Allah mencukupkan dengan mengutus Malaikat Jibril AS agar menyampaikan kepada Rasulullah SAW.

Secara khusus pula Allah menyampaikan dalam al Quran surat Thoha ayat 14

وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

Dirikanlah Sholat untuk mengingatku.

Namun demikian ada saja orang yang menafsirkan ayat tersebut dengan menyatakan yang penting ingat Allah, bahkan secara serampangan mengatakan lebih baik ingat Allah meski tidak shalat dibanding shalat tetapi tidak ingat Allah. Pernyataan ini sungguh salah besar, karena bukti seseorang mengingat Allah adalah dengan apa yang dia lakukan dari praktek shalat. Menafsiri arti DzikruLlah, kitab Murah Labid menyatakan :

المراد بالذكر نفس الصلاة.

Yang dimaksud dengan dzikir adalah praktek sholat itu sendiri.

Dari tafsir diatas dapat dipahami pula bahwa seseorang tidak bisa dianggap ingat Allah apabila meninggalkan shalat, termasuk mereka yang menggunakan media lain selain shalat, seperti semedi atau meditasi.

Mungkin tidak sedikit orang yang mengira merasa sudah sempurna ibadahnya ketika telah menjalankan ibadah Haji, tanpa melihat kualitas shalatnya yang selama ini dijalani. Padahal untuk mencapai kemabruran sebuah ibadah haji dibutuhkan kemampuan menjauhi larangan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah :

من حج هذا البيت فلم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمه

Barangsiapa menjalankan ibadah haji di baituLlah ini, dan tidak melakukan rafats (berkata/berlaku kotor) dan tidak fusuq (durhaka/menjalani perilaku fasik), maka ia kembali suci dari dosa seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.

Kalimat suci dari dosa seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya inilah yang dimaksudkan sebagai pahala haji mabrur. Sementara rafats dan fusuq adalah perilaku mungkarat yang diperintah Allah untuk dijauhi dan ditinggalkan.

Sementara diantara rukun Islam yang lima, hanya shalatlah yang disebutkan dalam al Quran surat al Ankabut ayat 45 mampu menjauhkan dan mencegah seseorang dari perilaku rafats dan fusuq

إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar.

Mengenai keadaan seseorang yang selalu menjalankan shalat tetapi ternyata masih saja perilakunya tidak baik, Rasulullah sebagaimana dijelaskankan dalam kitab Tafsir Ibn Katsir menjawab pertanyaan para sahabat tentang tafsir dari sebuah ayat, dengan menyatakan bahwa shalat yang tidak membuat orang yang menjalankan menjauhi perilaku yang tidak baik maka dia seperti belum menjalankan shalat alias shalatnya belum diterima.

حدثنا الحسن عن عمران بن حصين قال: سئل النبي صلى الله عليه وسلّم عن قول الله: {ٱتْلُ مَآ أُوْحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَـٰبِ} قال: من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر فلا صلاة له.

Meriwayatkan hadits kepadaku, al Hasan dari Imran Ibn Hasin dia berkata: RasuluLlah ditanya tentang ayat…(bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu al kitab……al ankabut 45) RasuluLlah menjawab: barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari perilaku keji dan mungkar maka tiada shalat baginya.

Dalam riwayat yang lain disebutkan:

من رواية عمران وابن عباس مرفوعاً «من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر، لم تزده من الله إلا بعداً

Dari riwayat Imran dan Ibn Abbas sebagai hadits marfu’: Barangsiapa yang shalatnya belum mencegahnya dari perilaku keji dan munkar maka di hadapan Allah dia tidak bertambah apapun kecuali semakin jauh.

Karena itu rasanya mustahil bila seseorang yang shalatnya masih terganggu dapat menuai haji mabrur atau menyempurnakan ibadah yang lain dengan baik. Shalat merupakan parameter baik buruknya segala macam amal ibadah seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah :

ورواه الطبراني بسند جيد عن عبد بن قرط بلفظ أول ما يحاسب به العبد الصلاة ينظر الله في صلاته فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسدت سائر عمله. كشف الخفاء. حرف الهمزة

Meriwayatkan Hadits ini, Imam Tabrani dengan sanad yang baik dari Abd Ibn Qurd dengan kalimat; Amal seorang hamba yang pertama yang dihisab (dihitung amalnya oleh Allah) adalah Shalat, Allah melihat shalat seorang hamba, apabila shalatnya baik, maka baiklah amal-amal yang lain, apabila shalatnya tidak baik/cela, maka tidak baiklah amal yang lainnya. Kitab Kasful Khofa’. Huruf Hamzah.

Begitu pentingnya shalat terutama shalat fardlu bagi kita, kita dianjurkan untuk menambal segala kekurangan dan ketidaksempurnaan shalat yang kita jalani dengan menjalankan shalat sunnah. RasuluLlah bersabda :

عن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلّم يقول: «إن أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة المكتوبة، فإن أتمها وإلا قيل انظروا هل له من تطوع، فإن كان له تطوع أكملت الفريضة من تطوعه. ثم يفعل بسائر الأعمال المفروضة مثل ذلك»

Dari Abu Hurairah, berkata: saya mendengar RasuluLlah SAW bersabda: Sesungguhnya Amal seorang hamba yang pertama dihisab pada hari kiamat adalah shalat lima waktu, Kalau sempurna (maka dicatat sempurna) kalau tidak maka dikatakan; lihatlah apakah dia menjalankan ibadah sunnah, apabila dia menjalankan ibadah shalat sunnah maka sempurnalah kefardluannya tersebab ibadah sunnahnya. Kemudian diperlakukan seluruh amal lainnya yang fardlu seperti itu.

Begitu vitalnya ibadah shalat bagi orang Islam, hingga dalam tafsir an Nasafi Juz 1 halaman 39 disebutkan bahwa RasuluLlah menyebut shalat sebagai tiang agama dan menjadikannya pemisah bagi orang Islam dan kafir.

Kiranya Dalil-dalil diatas cukuplah memompa diri kita sebagai seorang muslim selalu memperbaiki mutu shalat kita dengan selalu mempelajari hukum-hukum yang terkait dengan ibadah shalat dan hal-hal yang menggerakkan hati kita ikut bersujud seiring sujudnya jasad kita. Amien.