Artikel Keislaman


Edit

Derajat puasa

Perlu diketahui, bahwa sesungguhnya puasa itu ada tiga tingkat, yaitu: puasa umum, puasa khusus, dan puasa istimewa.

  1. Puasa umum, yaitu menahan perut dari makanan dan menahan kemaluan serta apa saja yang berada dalam hukumnya dari kelezatan-kelezatan dan keinginan-keinginan nafsu.
  2. Puasa khusus, yaitu menahan perut dan kemaluan, beserta menahan pendengaran dari mendengarkan omongan yang tidak bergunadan apa saja yang haram didengarkan; menahan penglihatan dari melihat apa yang haram dilihat; menahan tangan dari setiap sesuatu yang dilarang oleh hukum syara', dan apa saja yang masuk dalam pengertian ini.

    Pada pokoknya, menahan semua anggota badan melakukan setiap sesuatu yang haram dikerjakan, yaitu puasa orang-orang yang shalih. Dan kesempurnaannya adalah enam perkara:

    1. Memejamkan mata dari membiarkan memandang kepada apa saja yang menyibukkan hati dari mengingat Allah, dan apa saja yang dapat melupakan manusia dari mengingat akhirat. Nabi Muhammad saw. bersabda:
    2. اَلنَّظْرَةُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ اِبْلِيْسَ لَعَنَهُ اللّهُ ، فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفًا مِنَ اللّهِ آتَاهُ اللّهُ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ اِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِى قَلْبِهِ .

      "Pandangan itu adalah anak panah yang beracun dari anak panah-anak panah Iblis yang dila'nat Allah. Barang siapa yang meninggalkan pandangan tersebut karena takut kepada Allah, maka Allah ta'ala 'azza wa jalla akan mem berinya iman yang akan dia dapati kesedapannya dalam hatinya".

    3. Menjaga lisan dari: ucapan yang keji, mengobrol, berdusta, menggunjing orang (ghibah), dan mengadu domba. Dan mengharuskan lisan untuk diam dan tida kberbicara kecuali dalam kebaikan, berdzikir kepada Allah dan membaca Al Qur'an.
    4. Menahan pendengaran dari mendengarkan kepada setiap yang makruh. Allah swt. telah menghubungkan orang yang mendengarkan hal yang dibenci oleh agama dengan orang yang memakan makanan yang haram dalam firman-Nya:
    5. سَمَّاعُوْنَ لِلْكَذِبِ اَكَّالُوْنَ لِلسُّحْتِ . . . الآية ( المائدة : 42)

      "Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengarkan berita bohong, banyak memakan yang haram . . . " (Al Ma'idah : 42)

      لَوْلاَ يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّوْنَ وَالاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الإِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَ . . . الآية ( المائدة : 63)

      "Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? . . . " ( Al Ma'idah : 63)

      Nabi Muhammad saw. bersabda:

      اَلْمُغْتَابُ وَالْمُسْتَمِعُ شَرِيْكَانِ فِى الإِثْمِ

      "Orang yang menggunjing orang lain dan yang mendengarkan adalah bersekutu keduanya dalam dosa".

      لَوْلاَ يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّوْنَ وَالاَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الإِثْمَ وَاَكْلِهِمُ السُّحْتَ . . . الآية

      ( المائدة : 63)

      "Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? . . . " ( Al Ma'idah : 63)

      Nabi Muhammad saw. bersabda:

      اَلْمُغْتَابُ وَالْمُسْتَمِعُ شَرِيْكَانِ فِى الإِثْمِ

      "Orang yang menggunjing orang lain dan yang mendengarkan ada-lah bersekutu keduanya dalam dosa".

    6. Mencegah semua anggauta badan dari hal-hal yang haram dan hal-hal yang makruh, dan menjaga perut pada waktu berbuka dari makanan yang syubhat. Maka janganlah berbuka pada daging orang dengan ghibah atau pada makanan yang diusahakan dengan cara yang tidak halal.
    7. Hendaknya jangan banyak makan pada waktu berbuka sehingga perutnya penuh. Karena memenuhi perut itu akan menimbulkan nafsu bahimiyyah (nafsu kebinatangan), sehingga membangkitkan nafsu syahwat yang telah tenang sepanjang hari.Dan juga, jiwa dan rahasia puasa itu adalah melemahkan kekuatan yang menjadi perantara syaithan. Sedang melemahkan kekuatan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan menyedikitkan makan. Dan apabila perantara-perantara syaithan itu menjadi lemah, maka hati menjadi kuat, sehingga dapat melihat dengan mata hati akan keagungan alam malakut dan keindahan dari apa saja yang telah diciptakan oleh Allah swt. bagi alam semesta ini.
    8. Setelah berbuka, hendaklah hatinya ditempatkan diantara berharap agar puasanya diterima oleh Allah dan khawatir jika puasanya ditolak oleh-Nya, karena tidak ada orang yang tahu apakah puasanya diterima atau tidak.  
  3. Puasa istimewa, yaitu menahan diri dari memenuhi keinginan perut dan kemaluan, dan menahan/memenjara hati dan fikiran dari selain Allah; sehingga tidak memikirkan sesuatupun dari urusan-urusan dunia secara mutlak, sekira apabila memikirkan sesuatu urusan dari urusan-urusan dunia dan menjauh sejauh ujung jari saja dari memikirkan Penciptanya, maka benar-benar telah berbuka puasa (puasanya batal). Dan derajat ini telah sampai pada memenjara hati pada keadaan yang apabila memikirkan sesuatu yang dapat dipergunakan untuk berbuka puasa di waktu maghrib, maka benar-benar telah berbuka dengan pemikiran ini. Puasa ini adalah khusus bagi para nabi dan para rasul as.

Hikmah disyari'atkan puasa dan keutaman-keutamaannya

Puasa itu adalah ibadah khusus kepada Allah, yang selain Allah tidak disembah dengan puasa. Puasa ini dapat menjaga orang yang melakukannya dari kesesatan di dunia dan dari siksa neraka di akhirat. Puasa dapat mengha rumkan bau mulut di sisi Allah, membuat gembira orang yang berpuasa di dunia dan di akhirat, mengangkat bagi orang yang mengingatnya di muka umum, menyehatkan badan dari penyakit-penyakit, mengagungkan pahala dan mendekatkan kepada Allah ta'ala. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqiy, Ahmad dan Al Bazzaar, Rasulullah saw. bersabda:

اُعْطِيَتْ اُمَّتِى فِى شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِى . اَمَّا وَاحِدَةٌ : فَاِنَّهُ اِذَا كَانَ اَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ يَنْظُرُ اللّهُ عَزَّ وَجَلَّ اِلَيْهِمْ ، وَمَنْ نَظَرَ اللّهُ اِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ اَبَدًا . وَاَمَّا الثَّانِيَةُ : فَاِنَّ خُلُوْفَ اَفْوَاهِهِمْ حِيْنَ يُمْسُوْنَ اَطْيَبُ عِنْدَ اللّهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ . وَاَمَّا الثَّالِثَةُ : فَاِنَّ الْمَلآئِكَةَ يَسْتَغْفِرُ لَهُمْ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ . وَاَمَّا الرَّابِعَةُ : فَاِنَّ اللّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَأْمُرُ جَنَّنَتَهُ فَيَقُوْلُ لَهَا : "اِسْتَعِدِّى وَتَزَيَّنِى لِعِبَادِى ، اَوْشَكَ اَنْ يَسْتَرِيْحُوْا مِنْ تَعَبِ الدُّنْيَا اِلَى دَارِى وَكَرَامَتِى" . وَاَمَّا الْخَامِسَةُ : فَاِنَّهُ اِذَا كَانَ آخِرُ لَيْلَةٍ غَفَرَ اللّهُ لَهُمْ جَمِيْعًا ؛ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ : "اَهِيَ لَيْـلَةُ الْقَدْرِ يَا رَسُوْلَ اللّهِ ؟" فَقَالَ : "لاَ ، اَلَمْ تَرَ اِلَى الْعُمَّالِ يَعْمَلُوْنَ ؟؛ فَاِذَا فَرَغُوْا مِنْ اَعْمَالِهِمْ وُفُّوْا اُجُوْرَهُمْ ". ( رَوَاهُ الْبَيْهِقِيُّ وَاَحْمَدُ وَالْبَزَّارُ )

"Dalam bulan Ramadlan ummatku diberi lima perkara yang kelimanya tidak diberikan kepada seseorang nabipun sebelum saya. Adapun yang pertama: Sesungguhnya jika terjadi malam pertama dari bulan Ramadlan, Allah 'azza wa jalla berkenan memandang kepada mereka. Dan barang siapa yang Allah telah memandang kepadanya, makaAllah tidak menyiksanya selama-lamanya. Yang kedua: Sesung guhnya bau busuk dari mulut mereka pada waktu sore adalah lebih harum di sisi Allah dari pada bau harum minyak misik. Yang ketiga: Sesungguhnya para malaikat memintakan ampun kepada mereka setiap siang dan malam. Yang keempat: Sesungguhnya Allah 'azza wa jalla memerintahkan sorganya seraya berfirman kepadanya: "Bersiap-siaplah engkau dan berhiaslah untuk para hamba-Ku; mereka hampir beristirahat dari kepayahan hidup di dunia, menuju rumah-Ku dan kemuliaan-Ku!". Yang kelima: Sesungguhnya apabila terjadi malam terakhir dari bulan Ramadlan, Allah mengampunkan mereka semua-nya. Ada seorang laki-laki dari kaum berkata: "Apakah itu lailatul qadar wahai Rasulullah?". Kemudian beliau bersabda: "Tidak!; tiadakah engkau melihat kepada para pekerja yang bekerja?; jika mereka selesai dari pekerjaan-pekerjaan mereka, maka dicukupkan upah mereka". ( HR. Al Baihaqiy, Ahmad dan Al Bazzaar)

Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. , beliau bersabda: "Allah swt. berfirman:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ اِلاَّ الصِّيَامَ فَاِنَّهُ لِى وَاَنَا اَجْزِى بِهِ ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَاِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ اَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ؛ فَاِنْ سَابَّهُ اَحَدٌ اَوْ قَاتَلَهُ ، فَلْيَقُلْ : اِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ ؛ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ اَطْيَبُ عِنْدَ اللّهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ ؛ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا : اِذَا اَفْطَرَ فَرِحَ ، وَاِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ . رَوَاهُ الْخَمْسَةُ .

"Setiap amal anak Adam (manusia) adalah baginya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah bagi-Ku dan Aku yang akan memberi balasan kepadanya. Puasa itu adalah benteng, Apabila terjadi hari puasa salah seorang dari kamu sekalian, maka janganlah dia berkata keji dan jangan omong keras. Jika salah seorang mema kinya atau memeranginya, maka hendaklah dia berkata: "Sesungguhnya aku adalah orang yang berpuasa!". Demi Dzat yang diri Muhammad berada pada kekuasaannya, sungguh bau busuk mulut orang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah dari pada bau harum minyak misik. Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kegembiraan yang dapat dia rasakannya: Apabila berbuka, maka dia bergem bira, dan apabila dia berjumpa Tuhannya, maka dia bergembira dengan puasanya". (HR. Lima orang ahli hadits).

Pengertian dari hadits di atas adalah bahwa Allah swt. berfirman:

  1. "Setiap amal dari anak Adam adalah baginya", artinya bagi dirinya ada bagian dari amal tersebut yang dapat dipercepat di dunia, seperti pangkat dan diagungkan, serta pujian dari orang-orangkepadanya karena mereka melihat amal-amalnya.
  2. "Kecuali puasa" , karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku yang murni dari riya', dan rahasia antara Aku dan hamba-Ku, karena puasa itu tidak kelihatan (tersembunyi).
  3. "Dan Aku akan memberi balasan kepadanya" , artinya dengan balasan yang pantas bagi pangkat Tuhan Yang Maha Agung.
  4. "Puasa adalah benteng", artinya penjagaan yang dapat menjaga dari kemaksiatan-kemaksiatan, karena puasa itu melemahkan syahwat, bahkan dapat menjaga dari api neraka, sebab puasa itu adalahmenahan diri dari keinginan-keinginan nafsu, sedang neraka itu diliputi oleh keinginan-keinginan nafsu.
  5. "Dan apabila terjadi hari puasa salah seorang dari kamu sekalian, maka janganlah dia berkata keji", karena puasa itu adalah ibadah, maka jangan dikotori dengan omongan yang keji.
  6. "Jangan omong keras", artinya jangan mengeraskan suara sebab bertengkar dan jangan berteriak.
  7. "Jika seseorang memakinya atau memeranginya, hendaklah dia berkata: "Sesungguhnya saya orang yang berpuasa", artinya hendaklah dia mengucapkan dengan lesannya "Sesunguhnya saya orang yang berpuasa. Dalam ucapan tersebut terdapat penolakan nafsu dan ketenangan hati dan contoh yang baik.
  8. Kemudian Nabi saw. bersumpah bahwa bau busuk dari mulut orang yang berpuasa, artinya perubahan bau mulut sebab tidak makan adalah dicintai di sisi Allah. Perubahan bau mulut tersebut adalah lebih harum di sisi Allah dari pada bau harum minyak misik.
  9. Kemudian Nabi saw. menegaskan bahwa bagi orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan. Pertama: Apabila dia berbuka, maka dia gembira dengan bukanya. Dan yang kedua, apabila dia bertemu Tuhannya, maka dia bergembira dengan apa yang dijanjikan oleh Allah swt. mengenai kenikmatan yang langgeng.