Nasihat Kyai


KH. Cholidien Qosiem: Pemimpin Teladan

Percayakah panjenengan jika ada seorang Gubernur, menteri, DPR, Presiden atau pejabat pemerintah yang hidupnya serba dalam kekurangan?. Mungkin tidak ada atau bisa dibilang mustahil untuk zaman sekarang ini, apalagi di negeri ini yang mau tidak mau dapat dikatakan bahwa ketika ada seseorang yang menjabat sebagai pemimpin langkah yang pasti diambilnya adalah bagaimana dapat mengembalikan modal biaya kampanye atau kalau bisa mendapat keuntungan yang banyak selama ia menjabat.

Kita tentu sangat rindu dengan sosok pemimpin yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Pemimpin yang mau bercampur baur dengan rakyatnya. Pemimpin yang tak pernah bosan mendengar keluhan rakyatnya. Pemimpin yang selalu adil dan mengayomi. Pemimpin yang sederhana dan tidak menumpuk harta kekayaan.

Jika kita melihat sejarah pernah ada seorang Gubernur yang miskin pada masa Kekholifahan Sayyidina Umar bin Khottob. Dia bernama Said bin Amir seorang Gubernur di Kota Homs, yaitu salah satu kota di Syiria. Beliau adalah seorang pemimpin yang baik, jujur dan sangat dicintai rakyatnya.

Tapi beliau hidup dalam keprihatinan. Beliau bukan orang kaya, rumahnya tidak mewah, tidak memiliki fasilitas dinas dan tidak mau menggunakan fasilitas negara.

Suatu hari, ada serombongan rakyat Syiria yang datang menghadap Kholifah Umar bin Khottob, lalu kholifah berkata kepada mereka:

Coba kalian tuliskan nama-nama orang miskin yang ada di Syiria, saya akan membagikan bantuan kepada mereka dari baitul mal.

Mereka pun menulis nama-nama penduduk miskin di Syiria. Yang ironis didalam daftar tersebut juga tertulis nama Said bin Amir, sang Gubernur. Ketika melihat daftar nama-nama tersebut, Kholifah Umar bin Khottob menjadi terkejut ketika melihat terdapatnya salah satu nama yang sepertinya di kenalinya. Kemudian Sayyidina Umar bin Khottob bertanya,

"Said bin Amir ini Said bin Amir yang mana?

Mereka menjawab:

Dia adalah gubernur kami, wahai Kholifah.''

Kholifah Umar bin Khottob dengan mata berkaca2 bertanya,

"Gubernur kalian miskin?"

Mereka menjawab serempak,

"Benar, wahai Kholifah. Bahkan sudah beberapa hari ini kami lihat istrinya tidak memasak apapun."

Lalu Kholifah Umar bin Khottob menangis tersedu sambil memasukkan uang seribu dinar ke dalam kantong, lalu ia berkata,

"Bawa ini ke Gubernur kalian, dan serahkan ini untuk biaya hidupnya".

Rombongan itu kembali ke Syiria dan menyerahkan amanat dari Kholifah kepada Gubernur. Saat membuka isi kantong, Said bin Amir berucap dengan kencangnya,

"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, telah datang kepada ku dunia yang akan merusak akhirotku.''

Istrinya lalu berkata,

"Lenyapkan saja dunia itu wahai suamiku."

Atas persetujuan istrinya, Said bin Amir membagi-bagikan uang seribu dinar tersebut kepada rakyatnya.

Pada suatu hari, Kholifah Umar bin Khottob datang mengunjungi Syiria untuk melihat situasi umat Islam di sana, lalu menanyakan rakyat Syiria tentang apa yang diperbuat Said bin Amir, sang Gubernur.

Karena ini adalah kesempatan yang sangat langka bisa bertemu dengan Kholifah Umar bin Khottob, rakyat pun mengadukan tiga hal tentang gubernur mereka.

Namun sang Kholifah sudah memanggil Gubernur tersebut sebelumnya untuk bersama-sama mendengarkan keluhan rakyat Syiria.

Seorang rakyat mengadu,

"Gubernur kami selalu datang terlambat dalam bekerja, dia baru datang manakala hari sudah hampir siang."

Kholifah Umar bin Khottob meminta Said bin Amir menjelaskan hal tersebut. Said bin amir berkata,

"Demi Allah, sebenarnya saya tidak ingin mengatakan hal ini. Tiap pagi saya bekerja membuat roti untuk keluarga karena saya tidak memiliki pembantu, setelah semuanya siap, barulah saya berwudlu dan keluar untuk bekerja menemui rakyat.''

Lalu kholifah berkata lagi,

"Apalagi yang kalian keluhkan dari gubernur kalian?"

Seorang rakyat berbicara,

"Kalau malam tiba gubernur kami tidak mau menerima tamu siapapun''.

Lalu Gubernur menjawab,

"Aku membagi waktuku, siang aku gunakan untuk bekerja dan mengurusi urusan dunia, malam hari aku gunakan untuk beribadah kepada Alloh SWT.''

Kholifah berkata lagi,

"Apalagi keluhan kalian?"

Seorang rakyat kembali berkata,

"Setiap minggu gubernur memiliki satu hari yang tidak mau diganggu oleh siapapun."

Gubernur menjawab,

"Aku tidak memiliki pembantu yang mencucikan pakaian, dan aku juga tidak memiliki pakaian kecuali yang aku pakai ini, pada hari itu, aku mencuci pakaianku dan aku menunggunya sampai kering sehingga aku tidak bisa menemui rakyatku, setelah pakaianku kering pada sore hari barulah aku pakai lagi dan menemui rakyatku."

Khalifah Umar bin Khottob pun berdecak kagum sambil mengucap subhanalloh. Semoga cerita tersebut di atas sangat menginspirasi kita semua, apalagi di saat sedang ramai-ramainya akan memilih calon pemimpin seperti saat ini.

Jika kita melihat Said bin Amir, seorang pemimpin yang patut dicontoh walaupun saat ini bisa dibilang mustahil tapi minimal kesederhanaanya, kejujuranya maupun ketawaanya menginspirasi para calon pemimpin dinegara ini. Walaupun Said bin Amir seorang Gubernur yang miskin namun beliau tetap gagah karena amanah dan bebas korupsi.

Semoga kisah ini dibaca dan dijadikan bahan renungan bagi yang berkeinginan menjadi pemimpin.