Artikel Keislaman


Edit

Kajian Ramadhan: Kutipan Kitab Adaabul Alim wal Muta'alim Karya Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari (1)

Diriwayatkan dari siti ‘Aisyah r.a. dari Rasululloah SAW beliau bersabda,

"Hak anak yang wajib atas orang tuanya adalah memberikan anaknya nama-nama yang bagus, memberikan air susu (menyusui) yang bagus kepada anaknya, dan memberikan didikan budi pekerti yang baik kepada anaknya”.

Diriwayatkan dari Ibnu Sirin ra., ia berkata:

“Para sahabat dan para tabi’in mereka semua mempelajari petunjuk, sebagaimana mereka mempelajari ilmu pengetahuan”.

Diriwayatkan dari Hasan Al Bashri ra.Ia berkata:

“Bahwasanya ada seorang lelaki keluar dari tempat tinggalnya untuk mendidik jiwanya dalam beberapa tahun.

Rasulullah itu merupakan timbangan yang agung. Pada pribadi beliau ditampakkan beberapa hal yang pantas dicontoh: budi pekerti, tindak-tanduk dan petunjuk-petunjuknya.

‌Adapun segala perilaku yang sesuai dengan kepribadian beliau, maka hal itu dianggap benar, sedangkan yang tidak sesuai dengan prilaku beliau, maka dianggap salah.

Diriwayatkan dari Habib Al-Syahid, ia berkata kepada putranya:

“Bergaullah engkau dengan orang-orang yang ahli fiqh, pelajarilah budi pekerti dari mereka, karena hal itu lebih aku cintai dari pada engkau banyak mempelajari ilmu hadits”.

Ruwaim berkata:

“Wahai anakku! Jadikanlah ilmumu ibarat garam (yang tersebar dilautan) dan jadikanlah budi pekertimu ibarat (tepung yang berterbangan didaratan)”.

‌Imam Ibnu Al Mubarak ra. Berkata:

“Kami lebih membutuhkan budi pekerti yang sedikit daripada yang banyak”.

‌Imam Syafi’i suatu ketika pernah ditanya:

“Bagaimana pengakuanmu terhadap budi pekerti?.

Beliau menjawab:

“Aku mendengarkan perhuruf darinya, sehingga semua anggota tubuhku menjadi senang, sesungguhnya seluruh anggota tubuhku mempunyai pendengaran yang bisa menikmatinya."

Kemudian beliau ditanya lagi,

"Bagaimana cara engkau mencari budi pekerti itu?”

Beliau menjawab:

”Aku mencarinya ibarat orang perempuan yang kehilangan anaknya, kemudian ia mencarinya. Sementara ia tidak mempunyai orang lain selain anak itu."

‌Sebagian ulama berpendapat bahwa tauhid itu mengharuskan adanya suatu keimanan. Barangsiapa yang tidak beriman, maka berarti ia tidak bertauhid.

Iman juga mengharuskan adanya syari’at. Barang siapa yang tidak bersyari’at, maka berarti ia tidak beriman dan juga tidak bertauhid.

Syari’at juga mengharuskan adanya budi pekerti budi pekerti.

Barang siapa yang tidak mempunyai budi pekerti, maka ia tidak bersyari’at, tidak beriman dan tidak bertauhid (kepada Allah SWT).

Kutipan Ngaji Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya Mbah Hasyim Bersama KH. M. Taqiyudin Alawy || Malam-01 Ramadhan



Dikelola oleh Nun Media